A.
Kedatangan Imperialisme Barat ke Indonesia
Salah satu faktor yang menyebabkan Bangsa-bangsa barat datang ke
Indonesia yaitu karena Indonesia merupakan Negara yang kaya raya. Bangsa-bangsa
tersebut diantaranya Portugis di tahun 1512, kemusian disususl Spanyol pada
tahun 1521, lalu Prancis pada tahun 1529, dan Belanda tahun 1596, baru kemudian
Inggris.
Maksud semula kedatangan bangsa barat ke Indonesia adalah untuk
berniaga disamping mengembangkan kristen, sebagai alat menanamkan pengaruh dan
kekuasaan, di samping itu juga untuk
mengembangkan usaha perdagangan, yaitu ingin mendapatkan rempah-rempah yang
mahal harganya di Eropa. Namun pada
akhirnya mereka melakukan tekanan dan paksaan, sehingga Indonesia ,menjadi
jajahan bangsa Barat (Belanda) tiga setengah abad lamanya.
Untuk mencegah persaingan dan memperkuat kedudukannya di Indonesia,
Belanda membentuk dan mendirikan perkumpulan dagang monopoli yang bernama VOC (Vereenigde
Oost Indische Compagnie)pada bulan Maret 1962. Hal ini terjadi karena
melihat hasil yang diperoleh perseroan Amsterdam, yang mengirimkan empat
angkata, yang pertama tahun 1595 oleh Cornelis de Houtman, kedua tahun 1598
oleh Van Nede Heem Skerck dan Van Warwijk, ketiga tahun 1599 oleh Vander Hagen
dan terkahir tahun 1600 oleh Van Neck, yang mana banyak perseroan lain berdiri
juga ingin berdagang dan berlayar ke Indonesia, sehingga VOC ini dibentuk dan
disahkan oleh Staten General Republic dengan satu piagam yang memberi hak
khusus kepada VOC untuk berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan di kawasan
Tanjung Harapan dan Kepualauan Solomon.
Disamping itu secara khusus hal-hak istimewa yang diminta VOC yaitu
:
1.
Hak
monopoli di daerah sebelah Timur Tanjung harapan hingga selatMagelhaens.
2.
Diijinkan
mengadakan perjanjian dengan raja-raja Indonesia atas nama pemerintah Belanda.
3.
Diijinkan
membuat benteng-benteng
4.
Diperkenankan
diangakat seorang gubernur
5.
Diperbolehkan
membentuk tentara[1]
B.
Keberadaan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ketika Belanda
datang
a.
Kerajaan Islam di Sumatera
1)
Perlak
Kerajaan ini adalah cikal dari kerajaan Islam pertama di
Indonesia.berdiri pada abad ketiga H, atau pertengahan abad ke-9 M (225 H).
Raja pertama adalah Sayid Abdul Aziz yang bergelar Sultan Alaiddin Sayid
Amaulana Abdul Aziz Syah. Agama Islam masuk ke daerah ini dibawa oleh
orang-orang Gujarat dari teluk Kumbay.ibu kota atau pusat pemerintahan kerajaan
Perlak berada di Bandar Khalifah. Umumnya peneybaran dan perkembangan Agama
Islam di wilayah Asia Tenggara mulai merebak di era ini.
Di Perlak
sendiri terdapat dua dinasti :
1.
Dinasti
Sayid / Azizah
Adalah
pendatang dari Pergoa dan menetap di Perlak serta berhasil mendirikan sebuah
kerajaan berkedudukan di Barah / Bandar Khalifah.
2.
Dinasti
Sayid Maulana
Berkuasa selama
148 tahun (225-377 H / 890-988 M) denga Sultan Alaiddin Sayid MaulanaAbdul Aziz
Syah (225-299 H / 840-864 M)
2)
Samudra
Pasai
Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia dan
merupakan kerajaan kembar. Munculnya kerajaan ini diperkirakan pada awal atau
pertengahan abad ke-13 M. Dengan bukti ditemukan batu nisan dari granit yang
bertuliskan bulan dan tahun kematian seseorang yang diperkirakan raja pertama
kerajaan Pasai.
Dalam hikayat raja-raja Pasai menyebutkan bahwa Raja Pasai pertama
adalah Merah Selu dan berubah nama al-Malikus Saleh ketika masuk Islam dan ini
yang diakui sebagai raja pertama di kerajaan dalam sejarah Indonesia. Kerjaan
ini disebut kembar karena gelar al-Malik ini sama dengan gelar yang digunakan
kerajaan Mesir, raja Mamalik. Al-Malikus saleh adalah anak dari Merah Gajah,
gelar merah ini sudah lazim digunakan untuk bangsawan di sumatera Utara. Dan raja
terakhir dari kerajaan ini adalah Zainal abidin (1513-1524).
3)
Mataram
Babad Jawa mengatakan munculnya Mataram dimasukkan dalam mitos Nyai
Roro kidul konon menjadi isteri raja Mataram. Mataram jaya pada abad ke-1, para
pujangga keraton berlomba-lomba mengetengahkan betapa tinggi kebangsawanan dan
asal-usul nenek moyang. Raja kerajaam Mataram meninggal pada tahum 1584 M.
Raja pertama Mataram yaitu Ki Pamanahan tidak memakai gelar lebih
besar dari raja Pajang. Dan anaknya memakai gelar Senopati Ing Alaga dan juga
diapakai seterusnya oleh raja-raja Mataram.
4)
Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Gunung jati.
Di awal abad ke-16, Cirebon masih merupakan sebuah daerah kecil
dibawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya menempatkan seorang
juru labuhan di sana, bernama Pangeran Walang sungsang. Dia berhasil memajukan
Cirebon ketika sudah masuk Islam.
Disebutkan oleh Tome Pires, islam sudah ada di Cirebon sekitar
1470-1475 M. Akan tetapi orang yang berhasil meningkatkan status Cirebo menjadi
sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayatulah, Pengganti Pangeran Walangsungsang
dan sekaligus keponakannya. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan
kemduian Banten.
Setelah Cirebon resmi menjadi kerajaan Islam yang bebas dari
kekuasaan Pajajaran, Syarif Hidayatullah berusaha meruntuhkan kerajaan
Pajajaran yang masih belum menganutt Islam.
Kemudian dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke
daerah-daerah lain di Jawa Barat sperti Majalengka, Kuningan, Kawali (galuh)
Sunda kelapa. Banten. Dasar bagi pengembangan Islam dan perdagangan kaum
muslimin di Banten diletakkan oleh sunan Gunung Jati tahun1524 M atau 1525 M.
5)
Banten
Kerajaan ini muncul ketika anak muda Pasai keturunan Makkah datang
ke Demak untuk mengabdi kepada Sultan Trenggono. Dia diangkat menjadi panglima
perang, dan mendapatkan hadiah menikah dengan adiknya Sultan Demak. Dia adalah
pamglima perang dalam menaklukan kota Banten yang dikuasai Portugis yaitu
Syarif Hidayatullah atau Maulana Nuruddin Ibrahim. Dia adalah ayah dari Sultan
Hasanuddin Raja Pertama dari kerajaan Banten. Dia juga peletak dasar
pengembangan Agama Islam dan kerajaan Islam, serta bagi perdagangan orang-orang
di sana.
b.
Kerajaan Islam di Kalimantan
1.
Kerajaan
Banjar di Kalimantan Selatan
Kerajaan Bnajar merupakan Kelanjutan Kerajaan Daha yang beragama
Hindu.ini berawal ketika raja Sukarama hampir meninggal dan berwasiat agar yang
menggantikan pemerintahan nanti cucunya Raden Samudera. Tapi keempat puteranya
tidak menerima akan sikap ayahnya, terutama pangeran Tumanggung yang sangat
berambisius. Setelah raja Sukarama wafat, Pemerintahan dilanjutkan oleh putera tertua yaitu Pangeran Mangkubumi,
karena waktu itu pangeran Samudera masih berumur tujuh tahun. Pangeran
Mangkubumi tidak lama memgang tahta kerajaan, ia meninggal dibunuh oleh seorang
pegawai Istana yang berhasil dihasut oleh Pangeran Tumanggung sebagai raja
daha.
Dalam keadaan
itu pangeran Samudera berkelana ke
wilayah Muara, ia diasuh oleh seorang Patih, yaitu Patih Masih. Dalam berkelana
ia menyusun sebuah kekuatan untuk melawan Pamannya yang sombong dan
sewenang-wenang. Akhirnya Pangeran Samudera memperoleh kemenangan. Setelah
masuk Islam ia diberi nama Pangeran Suryanullah atau Suriansyah, dinobatkan
sebagi raja pertama kerajaan Islam Banjar.
2.
Kerajaan
Kutai di Kalimantan Timur
Menurut Risalah Kutai, dua orang penyebar Islam tiba di Kutai pada
masa pemerintahan raja Mahkota, yaitu Dato’ Ribandang (Tuan di Bandang) dari
Makassar dan Tuan Tunggang Parangan. Ekspedisi mereka berjalan lancar, Dato’
Ribandang kembali ke Makassar dan Tuan Tanggang Parangan menetap di Kutai. Baru
masa ini (Tuan Tunggang Parangan) Raja Mahkota tunduk kepada keimanan Islam.
Setelah itu, segera dibangun sebuah Masjid dan pengajaran agama dimulai. Yang
mengikuti pengajaran pertama adalah Raja Mahkota, kemudian Pangeran para
Menteri, Panglima, Hulubalang, baru seluruh rakyat kecil.
c.
Kerajaan Islam di Sulawesi
Kerajaan di Sulawesi yang
pertama adalah Gowa-Tallo, kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya
disebut kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di semenanjung barat daya
pualu Sulawesi, yang merupakan daerah transit sangat strategis.
Sejak
Gowa-Tallo tampil sebagai perdagangan laut,kerajaan ini menjalin hubungan baik
dengan Ternate yang telah menerima Islam dari Gresik atau Giri. Di bawh
pemerintahahn Sultan Babullah, Ternate mengadakan perjanjian persahabatan
dengan Gowa –Tallo. Ketika itu raja Ternate berusaha mengajak raja Gowa-Tallo
untuk masuk Islam namun gagal. Baru masuk Dato’ Ribanang datang ke Gowa-Tallo
kerajaan ini menerima kedatangan Agama Islam. Alaudiin (1591-1636 M0, adalah
sultan pertama yang menganut Islam (1605 M).
Penyebaran
Islam setelah itu berlangsung sesuai dengan tradisi yang telah lama diterima
oleh para raja, keturuna To Manurung. Tradisi itu mengharuskan seorang raja
untuk memberitahukan “hal baik” kepada yang lain, maka “pesan Islam” pun
disampaikan kepada kerajaan-kerajaan lainnya.[2]
C.
Maksud dan Tujuan Kedatangan Belanda
Tujuan belanda
datang ke Indonesia, pertama-tama adalah untuk mengembangkan usaha perdagangan,
yaitu mendapatkan rempah-rempah yang mahal harganya di Eropa. Dalam pelayaran
pertama, VOC telah mencapai Banten dan Selat Bali. Pada pelayaran kedua, mereka
sampai ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Dalam pelayaran ketiga, mereka
telah terlibat perang melawan Portugis di Ambon, namun gagal. Dalam usaha
mengembangkan perdaganganya, VOC nampak ingin melakukan monopoli. Karena itu,
aktivitas ingin menguasai perdagangan Indonesia menimbulkan perlawanan dari
pribumi yang merasa terancam akan kegiatan itu.
Pada tahun
1798, VOC dibubarkan dengan saldo kerugian yang besar. Kebangkrutan VOC
disebabkan karena beberapa alasan, yaitu pembukuan yang curang, utang besar,
sistem monopoli serta sistem paksaan dalam penanaman dan pengumpulan hasilnya.
Dengan bubarnya
VOC, pada abad ke-18 secara resmi Indonesia jatuh ke tangan Belanda.
Pemerintahan belanda berlangsung hingga tahun 1942. Pemerintahan Belanda tidak
memberikan perubahan yang berarti. Bahkan pada tahun 1816, Belanda justru
memanfaatkan daerah jajahan sebagai sumber keuntungan sebesar-besarnya kepada
negeri induk. Untuk menanggulangi masalah ekonomi Belanda yang bangkrut akibat
perang.[3]
D.
Strategi Politik Belanda
Sejak semula
pemerintah VOC telah diberi izin oleh pemerintah Belanda untuk melakukan
kegiatan politik dalam rangka mendapatkan hak monopoli dagang Indonesia. Dengan
perlengkapan yang maju dan bantuan kekuatan militer dari armada tentara,VOC
melakukan politik ekspansi.
Analisa Snouck
Hurgronje tentang potensi pribumi dan teorinya tentang pemisahan unsur agama
dari unsur politik, tidak sejalan dengan perkembangan situasi. Terutama dua
puluh tahun terakhir kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh karena itu Kantoor
voor Inlandsche Zaken semakin menghilang pada tahun-tahun terakhir, meskipun
wewenang mengawasi gerakan politik lebih dipertegas sejak tahun 1931.[4]
E.
Perlawanan Rakyat terhadap Imperialisme
Sedikit tentang perlawanan terhadap Belanda terjadi di Mataram,
ketika itu pada tahun 1619 M. Sultan Agung dapat menguasai Jawa Timur. Dan di
masa pemerintahannya kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan
VOC mulai terjadi. Di lain pihak Banten pada masa Sultan Abdul Fath-pengganti
Sultan Mafakhir Mahmud Abdul Kadir (wafat 1651), terjadi beberapa kali
peperangan anatara Banten dan VOC yang berakhir dengan disetujuinya perjanjian
perdamain tahun 1659 M.
Ada 4
perlawanan terbesar dan terlama dalam melawan Belanda, yaitu :
1.
Perang
Paderi di Minagkabau
Gerakan Paderi yang terbentuk dengan kedatangan tiga haji terkenal
dari Makkah pada awal abad ke-19, dipengaruhi secara mendalam oleh sukses dan
awal gerakan Wahabi di Arab pada masa itu. keberhasilan gerakan Paderi tidak
terbayangkan jika gerakan ini hanya merupakan “revolusi” para pemimpin agama
yang kecewa karena hidup dalam masyarakat yang tidak memberinya tempat dalam
hirarki sosialnya.
Setelah takluknya Minangkabau akibat perang Paderi, kebijakan
Belanda mencoba menahan pengaruh para guru agama dengan mencoba menahan pengaruh
para guru agama dengan mengasingkan mereka sejauh mungkin dari urusan rakyat
sehari-hari dan dengan menegakkan wewenang para kepala adat yang sah. Namun
dilain pihak ada golongan terakhir yang kemudian meminta bantua kepada
Hndia-Belanda yang disambut dengan senang hati, sehingga ada perjanjian kaum
adat dan Belanda pada tanggal Februari 1921 M. Sejak itulak permulaan
peperangan antara kaum adat dan Belanda.
Peperangan pertama Belanda gagal, sehinggga Belanda mengajak
perdamaian melalui perjanjian pada 22 Januari 1824. Namun Belanda mengkhianati,
begitu pula peperangan selanjutnya yang gagal, lalu mengadakan perjanjian damai
15 September 1825 M. Ini untuk menghadapi Pamgeran Diponegoro, setelah selesai
Belanda mengkhianati lagi, begitu seterusnya. Sampai pada perjanjian damai
dikenal dengan plakat panjang, 23 Oktober 1833 M. Kaum Paderi menolak dan tidak
percaya lagi. Dan pada tanggal 16 agustus 1837 M. Mereka menyerang Bonjol
dengan berbagai tipu muslihat dan kelicikan, akhirnya Bonjol dapat diduduki dan
tokohnya Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur, lalu ambon dan sampai matinya di
Manado.[5]
2.
Pangeran
Diponegoro
Peristiwa yang memacu peperangan adalah rencana pemerintah Hindia
Belanda untuk membuat jalan yang menerobos tanah milik Pangeran Diponegoro dan
harus membongkar makam keramat. Belanda ingin berunding dengan Pangeran
Diponegoro yang mencabut patok-patok yang ditanam dan mengalihkan jalan Patih
Daniarejo harus diganti.
Di lain pihak menjelang akhir abad ke-18 Islam di Indonesia
memperlihatkan tanda-tanda keresahan, yang pada abad ke-19 meledak dalam
serangkaian pergolakan besar. Demikianlah pada tahun 1825 M. Pangeran
Diponegoro menggunakan taktik gerilya, dimana pasukan Belanda dikepungoleh
prajurit Pangeran Diponegoro di Yogya.
Pada tahun 1826 M, banyak korban berguguran di pihak Belanda, yang
memunculkan dengan memperkuat diri dengan melakukan benteng untuk mempersempit
gerak antara Pangeran Diponegor. Di tahun 1827 M, Pangeran Diponegoro ditawan
karena beliau membangkang untuk berunding dengan Belanda dan akhirnya tahun
1830 M, dibuang ke Manado, lalu tahun 1834 M, dipindah ke Ujung Pandang,
Makassar yang meninggal dalam usia 70 tahun pada 8 Januari 1855 M.[6]
3.
Perang
Banjarmasin
Pengangkatan Pangeran Tamjid menjadi Sultan menimbulkan kekecewaan
di kalangan rakyat dan pembesar lainnya. Dari kericuhan itu, Belanda kembali
memasuki persoalan politik untuk mengambil keuntungan yang lebih besar. Ketika
itulah perang Banjarmasin dimulai, Andresen yang didatangkan dari Batavia
menyimpulka, bahwa Sultan Tamjid merupakan sumber kericuha. Dan akhirnya
diturunkan dan tahta dan kekuasaannya diambil oleh Belanda.
Perlawanan rakya berkobar-kobar di daerah-daerah, yang semula
ditujukan untuk Sultan Tamjidil berpindah kepada Belanda. Perlawanan ini
dipimpin oleh Pangeran Antasari dengan 3.000 pasukan untuk menyerbu pos-pos
Belanda. Awalnya Belanda banyak korban, tetapi dengan taktik dan kelicikan
Belanda berhasil mengalahkan beberapa
pembesar kerajaan satu persatu dan Pangeran Hidayat tertangkap dan dibuang ke
Jawa.
Sebelas hari setelah pembuangan Pangeran Hidayat, Pangeran Antasari
memproklamirkan kemerdekaan Banjarmasin, yang beribu kota Sumatera Tengah,
markas besar perjuangan melawan Belanda. Namun 9 bulan setelah proklamasi
Pangeran Antasari wafat di Temeh tanggal 11 Oktober 1862 M, karena sakit. Dan
digantikan anaknya Pangeran Muhammad. Dan perlawanan terus berlangsung sampai
tahun 1905 M, ketika raja ini syahid dalam peperangan.
4.
Perang
Aceh
Awal mula Belanda melakukan perang
terhadap Aceh pada tanggal 26 Maret 1873, ketika Terusan Suez dibuka negara
Belanda berlomba mencari jajahan baru dan mendesak untuk mengdakan perundingan.
Pada akhirnya Traktat ini jelas memberi peluang kepada Belanda untuk meneruskan
agresinya. Perang ini disebut juga perang rakyat karena seluruh rakyat aceh
secara aktif melawan kolonial.
Pada tanggal 5 april 1873 M, tentara
Belanda menyerang Masjid dengan 3000 personil, yang pada akhirnya karena
kuatnya tentara Aceh, dapat direbut kembali oleh pasukan aceh. Dan bulan
November tahun itu juga Belanda dengan 13.000 prajurit mampu menguasai Masjid
keraton. Setelah meninggalnya Sultan (1874 M). Belanda berunding, tapi tidak
ditanggapi oleh aceh, sehingga Belanda mamakai sistem pasifikasi dan stategi
menunggu, namun terus mendapat serangan-serangan dari aceh yang mengakibatkan
sistem itu gagal.
Setelah sistem pasifikasi gagal,
Belanda menerapkan sistem konsentrasi, kota raja sebagai pusatnya, akan tetapi
sistem ini justru memberi peluang kepada pejuang aceh untuk menggagalkan perang
Gerilya. Yang akhirnya banyak tentara Belanda banyak terbunuh. Tahun 1890 M,
Gubernur Dey Kerhiff mengajak Teuku Umar untuk berpihak pada Belanda, akhirnya
mau dan berhasil menundukkan Mukim XXII, XXV, XXVI. Aceh besar kembali
bergejolak, ketika teuku Umar membelor dari Belanda tahun 1896 dan Belnda
melakukan ofensif yang memaksa pihak Aceh bersikaf defenisif.
Teuku Umar gugur dalam perang ini
digantikan oleh Cut Nya’ Dien. Akhirnya Belanda meninggalkan Indonesia (1942
M), Karena mencoba dengan taktik menyulik putera-putera Sultan, yang akhirnya
sultan dan panglima Polim menyerah. Namun perang terus berlanjut terhadap
Belanda walaupun perorangan maupun kelompok. Dari 1903-1930-an sering terjadi
perlawanan sengit yang dipimpin ulama di Pidie Aceh Tengah dan tenggara, Aceh
Barat dan Timur[7]
F.
Peradaban Indonesia
a)
Sistem
Birokrasi Keagamaan
Oleh
karena penyebaran Islam di Indonesia pertama dilakukan oleh para pedagang,
pertumbuhan komunitas Islam bermula di berbagai pelabuhan-pelabuhan penting di
Sumatera, Jawa dan pulau lainya. Maka kerajaan-kerajaan Islam yang pertama
berdiri juga di daerah pesisir.
Ibu
kota kerajaan selain merupakan pusat politik dan perdagangan juga merupakan
tempat berkumpul para ulama dan mubaligh Islam. Ibnu Batutah menceritakan bahwa
sultan kerajaan Samudra Pasai, Sultan Malik Az-Zahir dikelilingi oleh para
ulama dan mubaligh Islam, dan raja sendiri sangat menggemari diskusi mengenai
masalah-masalah keagamaan.
Keberadaan
para ulama sebagai penasehat kerajaan, terutama dalam bidang keagamaan juga
terdapat pada kerajaan-kerajaan lainya. Adapun sebagai penasehat raja, para
ulama juga duduk dalam jabatan-jabatan keagamaan yang memiliki tingkat dan
istilah yang berbeda satu daerah dengan daerah lainya, yang pada umumnya
disebut dengan qadhi. Di kesultanan Cirebon, Sultan Chaerudin I (Kesultanan
Kanoman) mengangkat Kyai Muqayim pendiri pesantren Buntet, sebagai mufti di
Kesultanan Cirebon. Selanjutnya Kyai Anwarudin yang dikenal dengan Kyai Kriyani
juga dari pesantren Buntet, pernah menjadi mufti di Kesultanan Cirebon.
Berbagai kebijakan yang berkaitan dengan keagamaan di Kesultanan merujuk pada
tatanan sistem keagamaan yang berlaku di kitab-kitab fiqh salaf (kitab kuning)
sebagaimana yang dikaji di pesantren.
Birokrasi
keagamaan juga berlangsung di beberapa kerajaan Islam seperti di Kesultanan
Demak di Jawa Tengah. Demikian pula pada kerajaan Mataram Islam.
b)
Peran
Para Ulama dan Karya-karyanya
Penyebaran
dan pertumbuhan kebudayaan umat Islam di Indonesia terletak di pundak para
ulama. Ada dua cara yang dilakukan; Pertama, membentuk kader-kader ulama
yang akan bertugas sebagai mubaligh ke berbagai daerah yang luas. Cara ini
dilakukan dengan lembaga pendidikan islam yang di kenal sebagai pesantren di
Jawa. Kedua, melalui karya-karya yang tersebar dan dibaca di berbagai
tempat. Karya-karya tersebut mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmu
keagamaan di Indonesia di masa itu.
Karya-karya
dari para ulama, diantaranya Hamzah Fansuri dengan karya nya Asarul Arifin
fi Bayan ila Suluk wa At-Tauhid, Syamsuddin As-Sumatrani dengan karya nya Mir’atul
Mu’minin , Nurudin Ar-Raniri dengan karya nya Ash-Shirath Al-Mustaqim, dan
lain sebagainya.
c)
Corak
Bangunan Arsitek
Oleh
karena perbedaan kebudayaan, arsitektur bangunan-bangunan Isam di Indonesia
berbeda dengan yang terdapat pada dunia Islam lainya. Beberapa Masjid kuno
mengingatkan kita kepada seni bangunan candi, menyerupai bangunan pada zaman
Indonesia Hindu. Ukiran-ukiran pada mimbar, hiasan lengkung kalamakara, mihrab,
bentuk beberapa mestaka atau memolo menunjukan hubungan erat dengan pelambang
meru, kekayon gunungan atau gunung tempat dewa-dewa yang dikenal dalam cerita
Hindu.
Beberapa
ukiran masjid kuno Mantingan, Sendang Duwur, menunjukan pola yang diambil dari
dunia tumbuh-tumbuhan dan hewan yang diberi corak tertentu dan mrngingatkan
pada pola-pola yang sudah dikenal pada Candi Prambanan dann beberap candi
lainya.
d)
Lembaga
Pendidikan Islam
Lembaga-lembaga
pendidikan Islam sudah berkembang dalam beberapa bentuk sejak zaman penjajahan
Belanda. Salah satu bentuk lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia adalah
pesantren. Dengan berkembangnya pemikiran dalam Islam, pada abad ke-20
persoalan administrasi dan organisasi pendidikan mulai mendapatkan perhatian
beberapa kalangan atau organisasi. Kurikulum mulai jelas.Belajar memahami bukan
hanya menghafal, ditekankan, dan pengertian ditumbuhkan.Itulah madrasah.
Madrasah dibagi menjadi dua, yaitu nadrasah ibtidaiyah sebagai pemula, dan
madrasah Tsanawiyah sebagai jenjang selanjutnya. Di beberapa sekolah yang
berbahasa Belanda, seperti MULO dan MAS juga diajarkan pendidikan agama. Hal
itu juga berlaku pada zaman kedudukan Jepang, bahkan lebih teratur.
Demikianlah
beberapa sekolah agama Islam didirikan oleh Departemen Agama. Sementara itu,
perguruan Islam swasta dalam bentuk lain masih berjalan. Berkenaan dengan perguruan
tinggi Islam kaum muslimin di Indonesia sejak awal sudah terfikir untuk
membangunya. Universitas Islam Indonesia adalah perguruan tinggi Islam yang
pertama yang memilikui fakultas-fakultas non agama.dengan begini UII dapat
memberi contoh tenteng perkembangan Universitas Islam di Indonesia.
Dengan
bantuan dari pemerintahan penduduk Jepang, lembaga ini dibuka pada tanggal 18
Juli 1945 di Jakarta. Tidak lama setelah itu, lembaga ini ditutup karena gedung
dikuasai oleh pasukan Sekutu dan dibuka kembali di Yogyakarta pada tanggal 10
April 1946.
Perguruan
tinggi Islam yang terdiri atas fakultas-fakultas keagamaan mulai mendapat
perhatian dari kementrian Agama pada tahun 1950. Pada tanggal 12 Agustus
1950, Fakultas Agama di UII dipisah dan
di ambil alih oleh pemerintah dan pada tanggal 26 September 1951 secara resmi
di buka perguruan resmi dengan nama Perguruan Tinggi Agama Islam Negri di bawah
pengawasan Kementrian Agama.
Di samping yang
di kelola oleh negri, beberapa perguruan tinggi Islam swasta juga telah banyak
berdiri. Bahkan beberapa di antaranya telah memiliki fakultas-fakultas umum di
samping fakultas-fakultas agama.[8]
G.
Organisasi
islam di Indonesia
Beberapa organisasi Islam di
Indonesia memiliki andil yang cukup besar dalam proses pengembangan agama Islam.
Termasuk dalam pembentukan budaya Islam dalam masyarakat luas. Berikut
merupakan organisasi-organisasi dalam Islam;
a.
Jam’iyatul
Khair
Berdiri
pada 17 Juli 1905 di Jakarta. Dengan tokoh diantaranya Sayyid Shihab bin Shihab
dan lainya. Pada awal berdirinya merupakan satu-satunya satu-satunya organisasi
yang menerapkan sistem pendidikan modern di Indonesia.
b.
Syarikat
Islam
Pada
mulanya adalah Serikat Dagang Islam yang didirikan oleh KH. Samanhudi pada
tahun 1905 M di Solo. Kemudian pada tahun 1912, SDI berubah menjadi Syarikat
Islam yang diprakarsai oleh HOS. Cokroaminoto, Abdul Muis, H. Agus Salim dan
lain-lain. Awalya SI merupakan organisasi yang bergerak dibidang keagamaan,
tetapi kemudian gerakan ini berubah menjadi gerakan politik. Dan pada saat ini juga
banyak bergerak di bidang dakwah Islam dan sosial.
c.
Muhammadiyyah
Adalah
sebuah organisasi Islam yang didirikan oleh KH. Ahamad Dahlan dan kawan-kawan
di Jogja pada 18 November 1912 bertepatan pada 8 Dzulhijjah 1330 H. yang
bertujuan untuk menegakkan dakwah Islamiyah dalam arti seluas-luasnya.
Muhammadiyah memiliki banyak sekolah formal, madrasah, rumah sakit, balai
pengobatan, rumah yatim piatu, panti asuhan, dan juga universitas yang tersebar
di berbagai kota.
d.
Nahdlatul
Ulama (NU)
Adalah
organisasi massa Islam yang didirikan oleh para ulama pesantren di bawah
pimpinan KH. Hasyim Asy’ari, di Surabaya pada 31 Januari 1926. Lapangan usaha
NU meliputi bidang-bidang pendidikan, dakwah dan sosial. NU pernah terjun di
bidang politik, setelah keluar dari partai politik Masyumi. Dalam perjuangan
politik, NU akhirnya menyatakan kembali pada khittah 26, yaitu meninggalkan
perjuangan politik praktis.
e.
Jam’iyatulesmik
Washliyah
Adalah
organisasi Islam yang di resmikan pendirianya pada 30 November 1930 di Medan
yang di pelopori oleh ulama besar di Medan.
f.
Al-Irsyad
Al-Islamiyah
Adalah
organisasi Islam yang didirikan pada tahun 1913 oleh orang-orang ketirunan
Arab, di bawah pimpina Syeikh Ahmad Syurkati, seorag ulama asal Sudan. Bergerak
di bidang pendidikan dan dakwah. Tujuan utama dari pendidikan Al-Irsyad adalah
untuk mempermahir bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an.
g.
Persatuan
Tarbiya Islam (PERTI)
Berdiri
pada tanggal 20 Mei 1930 di Bukittinggi Sumatera Barat oleh sejumlah ulama
terkemuka di Minangkabau di bawah pimpinan Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli. PERTI
memiliki bidang usaha dalam bidang pendidikan dan dakwah.
h.
Persatuan
Umat Islam (PUI)
Didirikan
oleh KH. Abdul Halim,seorang ulama pengasuh pondok pesantren di Majalengka Jawa
Barat pada tahun 1911.
i.
Mathlaul
Anwar (MA)
Adalah
organisasi Islam yang di dirikan di Menes Banten, pada 9 Agustus 1916 dan di
dirikan oleh tokoh Islam di daerah Banten yang di motori oleh KH. Mas
Abdurrahman. Organisasi ini bersifat keagamaan, yang bertujuan mewujudkan
keluarga dan masyarakat Indonesia yang takwa kepada Allah SWT, sehat jasmani
dan rohani, berilmu pengetahuan, cakap dan terampil serta berkepribadian
Indonesia. Organisasi ini juga merupakan organisasi yang bergerak pada bidang
pendidikan dan dakwah Islamiyah.
j.
Persatuan
Islam (PERSIS)
Organisasi
massa Islam yang didirikan oleh para ulama yang beraliran pembaharu di Bandung
pada 12 September 1923. Para ulama pendiri PERSIS antara lain KH. Zamzam dan A.
Hasan. PERSIS merupakan organisasi y6ang bergerak dalam bidang pembaharuan.
Usahanya terutama membasmi bid’ah, khurafat, takhayul, taqlid dan syirik di
kalangan umat Islam, memeperluas tabligh dan dakwah Islam. Bidang usahanya
meliputi bidang dakwah, pendidikan dan penerbitan.
k.
Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan Dakwah)
Dewan
Dakwah didirikan oleh M. Natsir dan beberapa tokoh Islam lainya yang berhaluan
pembaharu di Jakarta. Organisasi ini mrupakan organisasi dakwah yang banyak
berjasa dalam bidang dakwah di perkotaan, baik berupa pengajian-pengajian
ataupun melalui penerbitan baik buku ataupun majalah.
l.
Majelis
Dakwah Islamiyah (MDI)
Majlis
dakwah ini didirikan oleh para tokoh Islam yang tergabung dalam golongan karya
pada masa pemerintahan Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto. MDI merupakan
organisasi yang cukup berjasa dalam bidang dakwah pembangunan melalaui
pengiriman tenaga dakwah di lokasi transmigrasi, khususnya di luar Jawa.
D;isamping itu juga berjasa di bidang dakwah terutama di kalangan birokrasi.
m.
Majelis
Ulama Indonesia (MUI)
Didirikan
pada tanggal 26 Juli 1975. Lembaga ini bertugas memberikan fatwa dab nasihat
seputar masalah keagamaan dan kemasyarakatan sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam menjalankan
pembangunan.
n.
Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
ICMI
adalah organisasi para cendekiawan
muslim Indonesia yang didirikan oleh para cendekiawan atas dukungan
birokrasi,pada tahun 1990. Penggagas nya antara lain: Prof. DR. Ing. BJ. Habibi
yang waktu itu menjabat sebagai mentri riset dan teknologi pada era
pemerintahan Orde Baru. ICMI banyak berjasa dalam penegak dakwah Islam melalui
jalur struktural dan birokrasi.[9]
[1] Syukur
Fatah, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang : PT.Pustaka Rizki Putra,
2002), hlm. 214-215.
[2]Ibid,
hlm. 202-212
[3] Samsul Munir
Amin, Op.Cit., 377-380
[4] Ibid,
hlm . 380-388
[5] . Syukur
Fatah , Op.Cit., 219
[6] Ibid,
hlm 219-220
[7] Ibid,
hlm. 220-221.
[8] Samsul Munir
Amin, Op.Cit., 408-422
[9] Ibid,
hlm. 422-429.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar