Selasa, 26 April 2016

Peradaban Islam di Indonesia



A.    Kedatangan Imperialisme Barat ke Indonesia
Salah satu faktor yang menyebabkan Bangsa-bangsa barat datang ke Indonesia yaitu karena Indonesia merupakan Negara yang kaya raya. Bangsa-bangsa tersebut diantaranya Portugis di tahun 1512, kemusian disususl Spanyol pada tahun 1521, lalu Prancis pada tahun 1529, dan Belanda tahun 1596, baru kemudian Inggris.

Maksud semula kedatangan bangsa barat ke Indonesia adalah untuk berniaga disamping mengembangkan kristen, sebagai alat menanamkan pengaruh dan kekuasaan, di samping  itu juga untuk mengembangkan usaha perdagangan, yaitu ingin mendapatkan rempah-rempah yang mahal  harganya di Eropa. Namun pada akhirnya mereka melakukan tekanan dan paksaan, sehingga Indonesia ,menjadi jajahan bangsa Barat (Belanda) tiga setengah abad lamanya.
Untuk mencegah persaingan dan memperkuat kedudukannya di Indonesia, Belanda membentuk dan mendirikan perkumpulan dagang monopoli yang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie)pada bulan Maret 1962. Hal ini terjadi karena melihat hasil yang diperoleh perseroan Amsterdam, yang mengirimkan empat angkata, yang pertama tahun 1595 oleh Cornelis de Houtman, kedua tahun 1598 oleh Van Nede Heem Skerck dan Van Warwijk, ketiga tahun 1599 oleh Vander Hagen dan terkahir tahun 1600 oleh Van Neck, yang mana banyak perseroan lain berdiri juga ingin berdagang dan berlayar ke Indonesia, sehingga VOC ini dibentuk dan disahkan oleh Staten General Republic dengan satu piagam yang memberi hak khusus kepada VOC untuk berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan di kawasan Tanjung Harapan dan Kepualauan Solomon.
Disamping itu secara khusus hal-hak istimewa yang diminta VOC yaitu :
1.      Hak monopoli di daerah sebelah Timur Tanjung harapan hingga selatMagelhaens.
2.      Diijinkan mengadakan perjanjian dengan raja-raja Indonesia atas nama pemerintah Belanda.
3.      Diijinkan membuat benteng-benteng
4.      Diperkenankan diangakat seorang gubernur
5.      Diperbolehkan membentuk tentara[1]

B.     Keberadaan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ketika Belanda datang
a.      Kerajaan Islam di Sumatera

1)      Perlak
Kerajaan ini adalah cikal dari kerajaan Islam pertama di Indonesia.berdiri pada abad ketiga H, atau pertengahan abad ke-9 M (225 H). Raja pertama adalah Sayid Abdul Aziz yang bergelar Sultan Alaiddin Sayid Amaulana Abdul Aziz Syah. Agama Islam masuk ke daerah ini dibawa oleh orang-orang Gujarat dari teluk Kumbay.ibu kota atau pusat pemerintahan kerajaan Perlak berada di Bandar Khalifah. Umumnya peneybaran dan perkembangan Agama Islam di wilayah Asia Tenggara mulai merebak di era ini.
Di Perlak sendiri terdapat dua dinasti :

1.      Dinasti Sayid / Azizah
Adalah pendatang dari Pergoa dan menetap di Perlak serta berhasil mendirikan sebuah kerajaan berkedudukan di Barah / Bandar Khalifah.
2.      Dinasti Sayid Maulana
Berkuasa selama 148 tahun (225-377 H / 890-988 M) denga Sultan Alaiddin Sayid MaulanaAbdul Aziz Syah (225-299 H / 840-864 M)

2)      Samudra Pasai
Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia dan merupakan kerajaan kembar. Munculnya kerajaan ini diperkirakan pada awal atau pertengahan abad ke-13 M. Dengan bukti ditemukan batu nisan dari granit yang bertuliskan bulan dan tahun kematian seseorang yang diperkirakan raja pertama kerajaan Pasai.
Dalam hikayat raja-raja Pasai menyebutkan bahwa Raja Pasai pertama adalah Merah Selu dan berubah nama al-Malikus Saleh ketika masuk Islam dan ini yang diakui sebagai raja pertama di kerajaan dalam sejarah Indonesia. Kerjaan ini disebut kembar karena gelar al-Malik ini sama dengan gelar yang digunakan kerajaan Mesir, raja Mamalik. Al-Malikus saleh adalah anak dari Merah Gajah, gelar merah ini sudah lazim digunakan untuk bangsawan di sumatera Utara. Dan raja terakhir dari kerajaan ini adalah Zainal abidin (1513-1524).

3)      Mataram
Babad Jawa mengatakan munculnya Mataram dimasukkan dalam mitos Nyai Roro kidul konon menjadi isteri raja Mataram. Mataram jaya pada abad ke-1, para pujangga keraton berlomba-lomba mengetengahkan betapa tinggi kebangsawanan dan asal-usul nenek moyang. Raja kerajaam Mataram meninggal pada tahum 1584 M.
Raja pertama Mataram yaitu Ki Pamanahan tidak memakai gelar lebih besar dari raja Pajang. Dan anaknya memakai gelar Senopati Ing Alaga dan juga diapakai seterusnya oleh raja-raja Mataram.

4)      Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Gunung jati.
Di awal abad ke-16, Cirebon masih merupakan sebuah daerah kecil dibawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya menempatkan seorang juru labuhan di sana, bernama Pangeran Walang sungsang. Dia berhasil memajukan Cirebon ketika sudah masuk Islam.
Disebutkan oleh Tome Pires, islam sudah ada di Cirebon sekitar 1470-1475 M. Akan tetapi orang yang berhasil meningkatkan status Cirebo menjadi sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayatulah, Pengganti Pangeran Walangsungsang dan sekaligus keponakannya. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemduian Banten.
Setelah Cirebon resmi menjadi kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Syarif Hidayatullah berusaha meruntuhkan kerajaan Pajajaran yang masih belum menganutt Islam.
Kemudian dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat sperti Majalengka, Kuningan, Kawali (galuh) Sunda kelapa. Banten. Dasar bagi pengembangan Islam dan perdagangan kaum muslimin di Banten diletakkan oleh sunan Gunung Jati tahun1524 M atau 1525 M.

5)      Banten
Kerajaan ini muncul ketika anak muda Pasai keturunan Makkah datang ke Demak untuk mengabdi kepada Sultan Trenggono. Dia diangkat menjadi panglima perang, dan mendapatkan hadiah menikah dengan adiknya Sultan Demak. Dia adalah pamglima perang dalam menaklukan kota Banten yang dikuasai Portugis yaitu Syarif Hidayatullah atau Maulana Nuruddin Ibrahim. Dia adalah ayah dari Sultan Hasanuddin Raja Pertama dari kerajaan Banten. Dia juga peletak dasar pengembangan Agama Islam dan kerajaan Islam, serta bagi perdagangan orang-orang di sana.

b.      Kerajaan Islam di Kalimantan

1.      Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan
Kerajaan Bnajar merupakan Kelanjutan Kerajaan Daha yang beragama Hindu.ini berawal ketika raja Sukarama hampir meninggal dan berwasiat agar yang menggantikan pemerintahan nanti cucunya Raden Samudera. Tapi keempat puteranya tidak menerima akan sikap ayahnya, terutama pangeran Tumanggung yang sangat berambisius. Setelah raja Sukarama wafat, Pemerintahan dilanjutkan  oleh putera tertua yaitu Pangeran Mangkubumi, karena waktu itu pangeran Samudera masih berumur tujuh tahun. Pangeran Mangkubumi tidak lama memgang tahta kerajaan, ia meninggal dibunuh oleh seorang pegawai Istana yang berhasil dihasut oleh Pangeran Tumanggung sebagai raja daha.
Dalam keadaan itu pangeran  Samudera berkelana ke wilayah Muara, ia diasuh oleh seorang Patih, yaitu Patih Masih. Dalam berkelana ia menyusun sebuah kekuatan untuk melawan Pamannya yang sombong dan sewenang-wenang. Akhirnya Pangeran Samudera memperoleh kemenangan. Setelah masuk Islam ia diberi nama Pangeran Suryanullah atau Suriansyah, dinobatkan sebagi raja pertama kerajaan Islam Banjar.

2.      Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur
Menurut Risalah Kutai, dua orang penyebar Islam tiba di Kutai pada masa pemerintahan raja Mahkota, yaitu Dato’ Ribandang (Tuan di Bandang) dari Makassar dan Tuan Tunggang Parangan. Ekspedisi mereka berjalan lancar, Dato’ Ribandang kembali ke Makassar dan Tuan Tanggang Parangan menetap di Kutai. Baru masa ini (Tuan Tunggang Parangan) Raja Mahkota tunduk kepada keimanan Islam. Setelah itu, segera dibangun sebuah Masjid dan pengajaran agama dimulai. Yang mengikuti pengajaran pertama adalah Raja Mahkota, kemudian Pangeran para Menteri, Panglima, Hulubalang, baru seluruh rakyat kecil.

c.       Kerajaan Islam di Sulawesi
Kerajaan di Sulawesi  yang pertama adalah Gowa-Tallo, kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di semenanjung barat daya pualu Sulawesi, yang merupakan daerah transit sangat strategis.
Sejak Gowa-Tallo tampil sebagai perdagangan laut,kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan Ternate yang telah menerima Islam dari Gresik atau Giri. Di bawh pemerintahahn Sultan Babullah, Ternate mengadakan perjanjian persahabatan dengan Gowa –Tallo. Ketika itu raja Ternate berusaha mengajak raja Gowa-Tallo untuk masuk Islam namun gagal. Baru masuk Dato’ Ribanang datang ke Gowa-Tallo kerajaan ini menerima kedatangan Agama Islam. Alaudiin (1591-1636 M0, adalah sultan pertama yang menganut Islam (1605 M).
Penyebaran Islam setelah itu berlangsung sesuai dengan tradisi yang telah lama diterima oleh para raja, keturuna To Manurung. Tradisi itu mengharuskan seorang raja untuk memberitahukan “hal baik” kepada yang lain, maka “pesan Islam” pun disampaikan kepada kerajaan-kerajaan lainnya.[2]




C.    Maksud dan Tujuan Kedatangan Belanda
Tujuan belanda datang ke Indonesia, pertama-tama adalah untuk mengembangkan usaha perdagangan, yaitu mendapatkan rempah-rempah yang mahal harganya di Eropa. Dalam pelayaran pertama, VOC telah mencapai Banten dan Selat Bali. Pada pelayaran kedua, mereka sampai ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Dalam pelayaran ketiga, mereka telah terlibat perang melawan Portugis di Ambon, namun gagal. Dalam usaha mengembangkan perdaganganya, VOC nampak ingin melakukan monopoli. Karena itu, aktivitas ingin menguasai perdagangan Indonesia menimbulkan perlawanan dari pribumi yang merasa terancam akan kegiatan itu.
Pada tahun 1798, VOC dibubarkan dengan saldo kerugian yang besar. Kebangkrutan VOC disebabkan karena beberapa alasan, yaitu pembukuan yang curang, utang besar, sistem monopoli serta sistem paksaan dalam penanaman dan pengumpulan hasilnya.
Dengan bubarnya VOC, pada abad ke-18 secara resmi Indonesia jatuh ke tangan Belanda. Pemerintahan belanda berlangsung hingga tahun 1942. Pemerintahan Belanda tidak memberikan perubahan yang berarti. Bahkan pada tahun 1816, Belanda justru memanfaatkan daerah jajahan sebagai sumber keuntungan sebesar-besarnya kepada negeri induk. Untuk menanggulangi masalah ekonomi Belanda yang bangkrut akibat perang.[3]
D.    Strategi Politik Belanda
Sejak semula pemerintah VOC telah diberi izin oleh pemerintah Belanda untuk melakukan kegiatan politik dalam rangka mendapatkan hak monopoli dagang Indonesia. Dengan perlengkapan yang maju dan bantuan kekuatan militer dari armada tentara,VOC melakukan politik ekspansi.
Analisa Snouck Hurgronje tentang potensi pribumi dan teorinya tentang pemisahan unsur agama dari unsur politik, tidak sejalan dengan perkembangan situasi. Terutama dua puluh tahun terakhir kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh karena itu Kantoor voor Inlandsche Zaken semakin menghilang pada tahun-tahun terakhir, meskipun wewenang mengawasi gerakan politik lebih dipertegas sejak tahun 1931.[4]
E.     Perlawanan Rakyat terhadap Imperialisme
Sedikit tentang perlawanan terhadap Belanda terjadi di Mataram, ketika itu pada tahun 1619 M. Sultan Agung dapat menguasai Jawa Timur. Dan di masa pemerintahannya kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai terjadi. Di lain pihak Banten pada masa Sultan Abdul Fath-pengganti Sultan Mafakhir Mahmud Abdul Kadir (wafat 1651), terjadi beberapa kali peperangan anatara Banten dan VOC yang berakhir dengan disetujuinya perjanjian perdamain tahun 1659 M.
Ada 4 perlawanan terbesar dan terlama dalam melawan Belanda, yaitu :

1.      Perang Paderi di Minagkabau
Gerakan Paderi yang terbentuk dengan kedatangan tiga haji terkenal dari Makkah pada awal abad ke-19, dipengaruhi secara mendalam oleh sukses dan awal gerakan Wahabi di Arab pada masa itu. keberhasilan gerakan Paderi tidak terbayangkan jika gerakan ini hanya merupakan “revolusi” para pemimpin agama yang kecewa karena hidup dalam masyarakat yang tidak memberinya tempat dalam hirarki sosialnya.
Setelah takluknya Minangkabau akibat perang Paderi, kebijakan Belanda mencoba menahan pengaruh para guru agama dengan mencoba menahan pengaruh para guru agama dengan mengasingkan mereka sejauh mungkin dari urusan rakyat sehari-hari dan dengan menegakkan wewenang para kepala adat yang sah. Namun dilain pihak ada golongan terakhir yang kemudian meminta bantua kepada Hndia-Belanda yang disambut dengan senang hati, sehingga ada perjanjian kaum adat dan Belanda pada tanggal Februari 1921 M. Sejak itulak permulaan peperangan antara kaum adat dan Belanda.
Peperangan pertama Belanda gagal, sehinggga Belanda mengajak perdamaian melalui perjanjian pada 22 Januari 1824. Namun Belanda mengkhianati, begitu pula peperangan selanjutnya yang gagal, lalu mengadakan perjanjian damai 15 September 1825 M. Ini untuk menghadapi Pamgeran Diponegoro, setelah selesai Belanda mengkhianati lagi, begitu seterusnya. Sampai pada perjanjian damai dikenal dengan plakat panjang, 23 Oktober 1833 M. Kaum Paderi menolak dan tidak percaya lagi. Dan pada tanggal 16 agustus 1837 M. Mereka menyerang Bonjol dengan berbagai tipu muslihat dan kelicikan, akhirnya Bonjol dapat diduduki dan tokohnya Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur, lalu ambon dan sampai matinya di Manado.[5]
2.      Pangeran Diponegoro
Peristiwa yang memacu peperangan adalah rencana pemerintah Hindia Belanda untuk membuat jalan yang menerobos tanah milik Pangeran Diponegoro dan harus membongkar makam keramat. Belanda ingin berunding dengan Pangeran Diponegoro yang mencabut patok-patok yang ditanam dan mengalihkan jalan Patih Daniarejo harus diganti.
Di lain pihak menjelang akhir abad ke-18 Islam di Indonesia memperlihatkan tanda-tanda keresahan, yang pada abad ke-19 meledak dalam serangkaian pergolakan besar. Demikianlah pada tahun 1825 M. Pangeran Diponegoro menggunakan taktik gerilya, dimana pasukan Belanda dikepungoleh prajurit Pangeran Diponegoro di Yogya.
Pada tahun 1826 M, banyak korban berguguran di pihak Belanda, yang memunculkan dengan memperkuat diri dengan melakukan benteng untuk mempersempit gerak antara Pangeran Diponegor. Di tahun 1827 M, Pangeran Diponegoro ditawan karena beliau membangkang untuk berunding dengan Belanda dan akhirnya tahun 1830 M, dibuang ke Manado, lalu tahun 1834 M, dipindah ke Ujung Pandang, Makassar yang meninggal dalam usia 70 tahun pada 8 Januari 1855 M.[6]

3.      Perang Banjarmasin
Pengangkatan Pangeran Tamjid menjadi Sultan menimbulkan kekecewaan di kalangan rakyat dan pembesar lainnya. Dari kericuhan itu, Belanda kembali memasuki persoalan politik untuk mengambil keuntungan yang lebih besar. Ketika itulah perang Banjarmasin dimulai, Andresen yang didatangkan dari Batavia menyimpulka, bahwa Sultan Tamjid merupakan sumber kericuha. Dan akhirnya diturunkan dan tahta dan kekuasaannya diambil oleh Belanda.
Perlawanan rakya berkobar-kobar di daerah-daerah, yang semula ditujukan untuk Sultan Tamjidil berpindah kepada Belanda. Perlawanan ini dipimpin oleh Pangeran Antasari dengan 3.000 pasukan untuk menyerbu pos-pos Belanda. Awalnya Belanda banyak korban, tetapi dengan taktik dan kelicikan Belanda berhasil mengalahkan  beberapa pembesar kerajaan satu persatu dan Pangeran Hidayat tertangkap dan dibuang ke Jawa.
Sebelas hari setelah pembuangan Pangeran Hidayat, Pangeran Antasari memproklamirkan kemerdekaan Banjarmasin, yang beribu kota Sumatera Tengah, markas besar perjuangan melawan Belanda. Namun 9 bulan setelah proklamasi Pangeran Antasari wafat di Temeh tanggal 11 Oktober 1862 M, karena sakit. Dan digantikan anaknya Pangeran Muhammad. Dan perlawanan terus berlangsung sampai tahun 1905 M, ketika raja ini syahid dalam peperangan.

4.      Perang Aceh
Awal mula Belanda melakukan perang terhadap Aceh pada tanggal 26 Maret 1873, ketika Terusan Suez dibuka negara Belanda berlomba mencari jajahan baru dan mendesak untuk mengdakan perundingan. Pada akhirnya Traktat ini jelas memberi peluang kepada Belanda untuk meneruskan agresinya. Perang ini disebut juga perang rakyat karena seluruh rakyat aceh secara aktif melawan kolonial.
Pada tanggal 5 april 1873 M, tentara Belanda menyerang Masjid dengan 3000 personil, yang pada akhirnya karena kuatnya tentara Aceh, dapat direbut kembali oleh pasukan aceh. Dan bulan November tahun itu juga Belanda dengan 13.000 prajurit mampu menguasai Masjid keraton. Setelah meninggalnya Sultan (1874 M). Belanda berunding, tapi tidak ditanggapi oleh aceh, sehingga Belanda mamakai sistem pasifikasi dan stategi menunggu, namun terus mendapat serangan-serangan dari aceh yang mengakibatkan sistem itu gagal.
Setelah sistem pasifikasi gagal, Belanda menerapkan sistem konsentrasi, kota raja sebagai pusatnya, akan tetapi sistem ini justru memberi peluang kepada pejuang aceh untuk menggagalkan perang Gerilya. Yang akhirnya banyak tentara Belanda banyak terbunuh. Tahun 1890 M, Gubernur Dey Kerhiff mengajak Teuku Umar untuk berpihak pada Belanda, akhirnya mau dan berhasil menundukkan Mukim XXII, XXV, XXVI. Aceh besar kembali bergejolak, ketika teuku Umar membelor dari Belanda tahun 1896 dan Belnda melakukan ofensif yang memaksa pihak Aceh bersikaf defenisif.
Teuku Umar gugur dalam perang ini digantikan oleh Cut Nya’ Dien. Akhirnya Belanda meninggalkan Indonesia (1942 M), Karena mencoba dengan taktik menyulik putera-putera Sultan, yang akhirnya sultan dan panglima Polim menyerah. Namun perang terus berlanjut terhadap Belanda walaupun perorangan maupun kelompok. Dari 1903-1930-an sering terjadi perlawanan sengit yang dipimpin ulama di Pidie Aceh Tengah dan tenggara, Aceh Barat dan Timur[7]

F.     Peradaban Indonesia
a)      Sistem Birokrasi Keagamaan
Oleh karena penyebaran Islam di Indonesia pertama dilakukan oleh para pedagang, pertumbuhan komunitas Islam bermula di berbagai pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera, Jawa dan pulau lainya. Maka kerajaan-kerajaan Islam yang pertama berdiri juga di daerah pesisir.
Ibu kota kerajaan selain merupakan pusat politik dan perdagangan juga merupakan tempat berkumpul para ulama dan mubaligh Islam. Ibnu Batutah menceritakan bahwa sultan kerajaan Samudra Pasai, Sultan Malik Az-Zahir dikelilingi oleh para ulama dan mubaligh Islam, dan raja sendiri sangat menggemari diskusi mengenai masalah-masalah keagamaan.
Keberadaan para ulama sebagai penasehat kerajaan, terutama dalam bidang keagamaan juga terdapat pada kerajaan-kerajaan lainya. Adapun sebagai penasehat raja, para ulama juga duduk dalam jabatan-jabatan keagamaan yang memiliki tingkat dan istilah yang berbeda satu daerah dengan daerah lainya, yang pada umumnya disebut dengan qadhi. Di kesultanan Cirebon, Sultan Chaerudin I (Kesultanan Kanoman) mengangkat Kyai Muqayim pendiri pesantren Buntet, sebagai mufti di Kesultanan Cirebon. Selanjutnya Kyai Anwarudin yang dikenal dengan Kyai Kriyani juga dari pesantren Buntet, pernah menjadi mufti di Kesultanan Cirebon. Berbagai kebijakan yang berkaitan dengan keagamaan di Kesultanan merujuk pada tatanan sistem keagamaan yang berlaku di kitab-kitab fiqh salaf (kitab kuning) sebagaimana yang dikaji di pesantren.
Birokrasi keagamaan juga berlangsung di beberapa kerajaan Islam seperti di Kesultanan Demak di Jawa Tengah. Demikian pula pada kerajaan Mataram Islam.

b)      Peran Para Ulama dan Karya-karyanya
Penyebaran dan pertumbuhan kebudayaan umat Islam di Indonesia terletak di pundak para ulama. Ada dua cara yang dilakukan; Pertama, membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai mubaligh ke berbagai daerah yang luas. Cara ini dilakukan dengan lembaga pendidikan islam yang di kenal sebagai pesantren di Jawa. Kedua, melalui karya-karya yang tersebar dan dibaca di berbagai tempat. Karya-karya tersebut mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmu keagamaan di Indonesia di masa itu.
Karya-karya dari para ulama, diantaranya Hamzah Fansuri dengan karya nya Asarul Arifin fi Bayan ila Suluk wa At-Tauhid, Syamsuddin As-Sumatrani dengan karya nya Mir’atul Mu’minin , Nurudin Ar-Raniri dengan karya nya Ash-Shirath Al-Mustaqim, dan lain sebagainya.

c)      Corak Bangunan Arsitek
Oleh karena perbedaan kebudayaan, arsitektur bangunan-bangunan Isam di Indonesia berbeda dengan yang terdapat pada dunia Islam lainya. Beberapa Masjid kuno mengingatkan kita kepada seni bangunan candi, menyerupai bangunan pada zaman Indonesia Hindu. Ukiran-ukiran pada mimbar, hiasan lengkung kalamakara, mihrab, bentuk beberapa mestaka atau memolo menunjukan hubungan erat dengan pelambang meru, kekayon gunungan atau gunung tempat dewa-dewa yang dikenal dalam cerita Hindu.
Beberapa ukiran masjid kuno Mantingan, Sendang Duwur, menunjukan pola yang diambil dari dunia tumbuh-tumbuhan dan hewan yang diberi corak tertentu dan mrngingatkan pada pola-pola yang sudah dikenal pada Candi Prambanan dann beberap candi lainya.

d)     Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga-lembaga pendidikan Islam sudah berkembang dalam beberapa bentuk sejak zaman penjajahan Belanda. Salah satu bentuk lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia adalah pesantren. Dengan berkembangnya pemikiran dalam Islam, pada abad ke-20 persoalan administrasi dan organisasi pendidikan mulai mendapatkan perhatian beberapa kalangan atau organisasi. Kurikulum mulai jelas.Belajar memahami bukan hanya menghafal, ditekankan, dan pengertian ditumbuhkan.Itulah madrasah. Madrasah dibagi menjadi dua, yaitu nadrasah ibtidaiyah sebagai pemula, dan madrasah Tsanawiyah sebagai jenjang selanjutnya. Di beberapa sekolah yang berbahasa Belanda, seperti MULO dan MAS juga diajarkan pendidikan agama. Hal itu juga berlaku pada zaman kedudukan Jepang, bahkan lebih teratur.
Demikianlah beberapa sekolah agama Islam didirikan oleh Departemen Agama. Sementara itu, perguruan Islam swasta dalam bentuk lain masih berjalan. Berkenaan dengan perguruan tinggi Islam kaum muslimin di Indonesia sejak awal sudah terfikir untuk membangunya. Universitas Islam Indonesia adalah perguruan tinggi Islam yang pertama yang memilikui fakultas-fakultas non agama.dengan begini UII dapat memberi contoh tenteng perkembangan Universitas Islam di Indonesia.
Dengan bantuan dari pemerintahan penduduk Jepang, lembaga ini dibuka pada tanggal 18 Juli 1945 di Jakarta. Tidak lama setelah itu, lembaga ini ditutup karena gedung dikuasai oleh pasukan Sekutu dan dibuka kembali di Yogyakarta pada tanggal 10 April 1946.
Perguruan tinggi Islam yang terdiri atas fakultas-fakultas keagamaan mulai mendapat perhatian dari kementrian Agama pada tahun 1950. Pada tanggal 12 Agustus 1950,  Fakultas Agama di UII dipisah dan di ambil alih oleh pemerintah dan pada tanggal 26 September 1951 secara resmi di buka perguruan resmi dengan nama Perguruan Tinggi Agama Islam Negri di bawah pengawasan Kementrian Agama.
Di samping yang di kelola oleh negri, beberapa perguruan tinggi Islam swasta juga telah banyak berdiri. Bahkan beberapa di antaranya telah memiliki fakultas-fakultas umum di samping fakultas-fakultas agama.[8]

G.    Organisasi islam di Indonesia
Beberapa organisasi Islam di Indonesia memiliki andil yang cukup besar dalam proses pengembangan agama Islam. Termasuk dalam pembentukan budaya Islam dalam masyarakat luas. Berikut merupakan organisasi-organisasi dalam Islam;
a.       Jam’iyatul Khair
Berdiri pada 17 Juli 1905 di Jakarta. Dengan tokoh diantaranya Sayyid Shihab bin Shihab dan lainya. Pada awal berdirinya merupakan satu-satunya satu-satunya organisasi yang menerapkan sistem pendidikan modern di Indonesia.
b.      Syarikat Islam
Pada mulanya adalah Serikat Dagang Islam yang didirikan oleh KH. Samanhudi pada tahun 1905 M di Solo. Kemudian pada tahun 1912, SDI berubah menjadi Syarikat Islam yang diprakarsai oleh HOS. Cokroaminoto, Abdul Muis, H. Agus Salim dan lain-lain. Awalya SI merupakan organisasi yang bergerak dibidang keagamaan, tetapi kemudian gerakan ini berubah menjadi gerakan politik. Dan pada saat ini juga banyak bergerak di bidang dakwah Islam dan sosial.
c.       Muhammadiyyah
Adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan oleh KH. Ahamad Dahlan dan kawan-kawan di Jogja pada 18 November 1912 bertepatan pada 8 Dzulhijjah 1330 H. yang bertujuan untuk menegakkan dakwah Islamiyah dalam arti seluas-luasnya. Muhammadiyah memiliki banyak sekolah formal, madrasah, rumah sakit, balai pengobatan, rumah yatim piatu, panti asuhan, dan juga universitas yang tersebar di berbagai kota.
d.      Nahdlatul Ulama (NU)
Adalah organisasi massa Islam yang didirikan oleh para ulama pesantren di bawah pimpinan KH. Hasyim Asy’ari, di Surabaya pada 31 Januari 1926. Lapangan usaha NU meliputi bidang-bidang pendidikan, dakwah dan sosial. NU pernah terjun di bidang politik, setelah keluar dari partai politik Masyumi. Dalam perjuangan politik, NU akhirnya menyatakan kembali pada khittah 26, yaitu meninggalkan perjuangan politik praktis.
e.       Jam’iyatulesmik Washliyah
Adalah organisasi Islam yang di resmikan pendirianya pada 30 November 1930 di Medan yang di pelopori oleh ulama besar di Medan.
f.       Al-Irsyad Al-Islamiyah
Adalah organisasi Islam yang didirikan pada tahun 1913 oleh orang-orang ketirunan Arab, di bawah pimpina Syeikh Ahmad Syurkati, seorag ulama asal Sudan. Bergerak di bidang pendidikan dan dakwah. Tujuan utama dari pendidikan Al-Irsyad adalah untuk mempermahir bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an.
g.      Persatuan Tarbiya Islam (PERTI)
Berdiri pada tanggal 20 Mei 1930 di Bukittinggi Sumatera Barat oleh sejumlah ulama terkemuka di Minangkabau di bawah pimpinan Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli. PERTI memiliki bidang usaha dalam bidang pendidikan dan dakwah.
h.      Persatuan Umat Islam (PUI)
Didirikan oleh KH. Abdul Halim,seorang ulama pengasuh pondok pesantren di Majalengka Jawa Barat pada tahun 1911.
i.        Mathlaul Anwar (MA)
Adalah organisasi Islam yang di dirikan di Menes Banten, pada 9 Agustus 1916 dan di dirikan oleh tokoh Islam di daerah Banten yang di motori oleh KH. Mas Abdurrahman. Organisasi ini bersifat keagamaan, yang bertujuan mewujudkan keluarga dan masyarakat Indonesia yang takwa kepada Allah SWT, sehat jasmani dan rohani, berilmu pengetahuan, cakap dan terampil serta berkepribadian Indonesia. Organisasi ini juga merupakan organisasi yang bergerak pada bidang pendidikan dan dakwah Islamiyah.
j.        Persatuan Islam (PERSIS)
Organisasi massa Islam yang didirikan oleh para ulama yang beraliran pembaharu di Bandung pada 12 September 1923. Para ulama pendiri PERSIS antara lain KH. Zamzam dan A. Hasan. PERSIS merupakan organisasi y6ang bergerak dalam bidang pembaharuan. Usahanya terutama membasmi bid’ah, khurafat, takhayul, taqlid dan syirik di kalangan umat Islam, memeperluas tabligh dan dakwah Islam. Bidang usahanya meliputi bidang dakwah, pendidikan dan penerbitan.
k.      Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan Dakwah)
Dewan Dakwah didirikan oleh M. Natsir dan beberapa tokoh Islam lainya yang berhaluan pembaharu di Jakarta. Organisasi ini mrupakan organisasi dakwah yang banyak berjasa dalam bidang dakwah di perkotaan, baik berupa pengajian-pengajian ataupun melalui penerbitan baik buku ataupun majalah.
l.        Majelis Dakwah Islamiyah (MDI)
Majlis dakwah ini didirikan oleh para tokoh Islam yang tergabung dalam golongan karya pada masa pemerintahan Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto. MDI merupakan organisasi yang cukup berjasa dalam bidang dakwah pembangunan melalaui pengiriman tenaga dakwah di lokasi transmigrasi, khususnya di luar Jawa. D;isamping itu juga berjasa di bidang dakwah terutama di kalangan birokrasi.
m.    Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Didirikan pada tanggal 26 Juli 1975. Lembaga ini bertugas memberikan fatwa dab nasihat seputar masalah keagamaan dan kemasyarakatan sebagai  bahan pertimbangan pemerintah dalam menjalankan pembangunan.
n.      Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
ICMI adalah organisasi  para cendekiawan muslim Indonesia yang didirikan oleh para cendekiawan atas dukungan birokrasi,pada tahun 1990. Penggagas nya antara lain: Prof. DR. Ing. BJ. Habibi yang waktu itu menjabat sebagai mentri riset dan teknologi pada era pemerintahan Orde Baru. ICMI banyak berjasa dalam penegak dakwah Islam melalui jalur struktural dan birokrasi.[9]


[1] Syukur Fatah, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang : PT.Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 214-215.
[2]Ibid, hlm. 202-212
[3] Samsul Munir Amin, Op.Cit., 377-380
[4] Ibid, hlm . 380-388
[5] . Syukur Fatah , Op.Cit., 219
[6] Ibid, hlm 219-220
[7] Ibid, hlm. 220-221.
[8] Samsul Munir Amin, Op.Cit., 408-422
[9] Ibid, hlm. 422-429.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar