Jumat, 22 April 2016

Manajemen Pemerintahan Muhammad Nuh



A.    Biografi Muhammad Nuh
Muhammad Nuh lahir di Surabaya, Jawa Timur 17 Juni 1959 adalah anak ke tiga dari 10 bersaudara. Ayahnya H. Muchammad Nabhani (alm) seorang petani dan bekerja keras yang hanya bisa baca tulis huruf arab pegon. Sedangkan Ibunya, Hj. Munziyati ibu rumah tangga sambil usaha perancangan.
Nuh dibesarkan dalam keluarga yang sangat agamis.
Riwayat pendidikannya dimulai di SDI Al Islah di Gunung Anyar Surabaya kampung kelahirannya, melanjutkan ke SMP Wachid Hasyim Surabaya, SMA Negeri IX Surabaya. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan studi di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) tahun 1978 dan lulus tahun 1983.

Mengawali karirnya sebagai dosen Teknik Elektro ITS pada 1984, ia kemudian mendapat beasiswa pemerintah Perancis diawali dengan kursus bahasa Perancis di Grenoble (1985), dilanjutkan program magister (DEA) di Universite Science et Technique du Languedoc (USTL) Montpellier, Perancis. Ia juga melanjutkan studi S3 di universitas yang sama dan selesai tahun 1990.
Pada tanggal 15 Februari 2003, Nuh dikukuhkan sebagai rektor ITS. Pada tahun yang sama, dikukuhkan sebagai guru besar (profesor) bidang ilmu Digital Control System dengan spesialisasi Sistem Rekayasa Biomedika.
Selain aktif sebagai dosen, direktur dan rektor, Nuh juga aktif di organisasi sosial terutama keagamaan. Mulai dari pengurus lembaga pendidikan Maarif NU Surabaya, pengurus NU wilayah Jawa Timur, ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur, MUI, Wakil ketua Dewan Pakar ICMI Pusat, Direktur Yayasan Dana sosial Al Falah Surabaya dan tentu sebagai ketua Yayasan Pendidikan Al Islah yang berada di kampungnya.
Setelah purna sebagai rektor ITS tahun 2007, presiden SBY memberikan kepercayaan untuk bergabung di Kabinet Indonesia Bersatu I sebagai menteri Komunikasi dan Informatika (2007-2009), dan dilanjutkan sebagai menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-2014), disamping itu juga menjadi Executive Board UNESCO.
Selain itu, Nuh telah menerima DR (HC) dari University Teknologi Malaysia (UTM) dan Narashuan University (NU) Thailand dan beberapa penghargaan lainnya. Pada tahun 2013, Nuh telah menerima bintang mahaputera Adipradana.
B.     Menejemen pemerintahan Muhammad Nuh
Selama dipercaya presiden Susilo Bambang Yudohyono Sebagai mentri pendidikan pada perombakan kabinet Indonesia Bersatu jilid I menggantikan mentri pendidikan sebelumnya yaitu Sofyan Djalil, Muhammad nuh dalam kepemimpinannya telah melaksanakan berbagai gebrakan yang memberikan sumbangsih bagi kemajuan dalam bidang pendidikan di Indonesia. 
Terkait dengan perencanaan Muhammad Nuh di awal pemerintahannya yang merencanakan program kerjanya tentang empat pilar yang direncanakan antara lain masalah kondisi fisik sekolah, biaya pendidikan yang terjangkau, kualitas pendidikan dan pilar ke empat yaitu pendidikan yang bisa menjamin siswa mampu mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya.
Berbagai perencanaan-perencanaan yang telah dirancang Muhammad Nuh pada awal beliau menjabat sebagai menteri pendidikan itu bukanlah sebuah perencanaan yang hanya angan-angan belaka. Artinya perencanaannya jelas maksudnya dan realistik sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada.
Dalam perencanaanya tak lepas dari berbagai pihak untuk pengorganisasian agar program tersebut dapat terealisasi, seperti  bekerjasama dengan pihak mentri pendidikan yang sebelumnya, bekerjasama dengan mentri keuangan, sekolah, perguruan tinggi dan juga masyarakat dalam rangka mensukseskan program kerjanya tersebut.
Adapun aktualisasi atau pelaksanaan program kerja yang telah dicanangkan Muhammad Nuh selama periode jabatannya saat ini telah terlihat jelas bahwa program kerja tersebut bukanlah sekedar program kerja yang dituliskan di atas kertas. Misalnya saja terkait dengan biaya pendidikan yang terjangkau. Beliau telah merealisakikan program pendidikan wajib sembilan tahun bagi warga negara Indonesia. Bukan hanya itu, beasiswa pun telah ia implementasikan dengan memberikan beasiswa bidikmisi misalnya. Program beasiswa bidikmisi sangat membantu dalam rangka mengentaskan rantai kemiskinan. Beasiswa tersebut diperuntukkan bagi siswa tidak mampu yang mempunyai kemauan keras untuk dapat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dengan gratis, bahkan diberikan biaya untuk hidup per-bulannya.
Selain itu rencana beliau dalam rangka mewujudkan pendidikan generasi 2045 seperti dalam buku karangan Muhammad Nuh sendiri bahwa menurut beliau mulai sekarang kita harus menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan yang memperkuat kompetensi (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap) dan yang menumbuhkan kecintaan dan kebanggan menjadi bangsa indonesia, dimana yang kita bangun adalah pendidikan karakter yang mencakup  pendidikan karakter yang menumbuhkan kesadaran sebagai makhluk dan hamba Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan karakter yang terkait dengan keilmuan dan pendidikan karakter yang menumbuhkan rasa cinta dan bangga menjadi orang Indonesia.[1] Beliau menerapkan semua itu dalam rancangan kurikulum 2013 yang bertujuan mencetak kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yakni sikap, pengetahuan dan ketrampilan sehingga yang dihasilkan adalah manusia yang seutuhmya.[2]
Dalam upaya controling terkait kerja yang sudah dilaksanakan, pada masa pemerintahan Muhammad Nuh sebagai mentri pendidikn, banyak melakukan berbagai evaluasi. Seperti halnya evaluasi pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang cukup menuai kontroversi ini yang pelaksanaannya banyak terjadi kecurangan, yang tadinyatahun 2012 ada 5 paket soal dijadikan 20 paket soal pada tahun 2013 demi meningkatkan kualitas Ujuan Nasional yang jujur. Dengan demikian dapat selain menguji kemampuan intelektual siswa juga dapat menguji kejujuran siswa.


[1] Mohammad Nuh, Menyemai Kreator Peradaban (Jakarta: Zaman, 2013), hlm 19.
[2]  Ibid., hlm. 33.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar