A.
Biografi Muhammad Nuh
Muhammad Nuh lahir di Surabaya, Jawa Timur 17 Juni 1959 adalah anak
ke tiga dari 10 bersaudara. Ayahnya H. Muchammad Nabhani (alm) seorang petani
dan bekerja keras yang hanya bisa baca tulis huruf arab pegon. Sedangkan
Ibunya, Hj. Munziyati ibu rumah tangga sambil usaha perancangan.
Nuh dibesarkan dalam keluarga yang sangat agamis.
Nuh dibesarkan dalam keluarga yang sangat agamis.
Riwayat pendidikannya dimulai di SDI Al Islah di Gunung Anyar
Surabaya kampung kelahirannya, melanjutkan ke SMP Wachid Hasyim Surabaya, SMA
Negeri IX Surabaya. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan studi di Jurusan Teknik
Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) tahun 1978 dan lulus
tahun 1983.
Mengawali karirnya sebagai dosen Teknik Elektro ITS pada 1984, ia
kemudian mendapat beasiswa pemerintah Perancis diawali dengan kursus bahasa
Perancis di Grenoble (1985), dilanjutkan program magister (DEA) di Universite
Science et Technique du Languedoc (USTL) Montpellier, Perancis. Ia juga melanjutkan
studi S3 di universitas yang sama dan selesai tahun 1990.
Pada tanggal 15 Februari 2003, Nuh dikukuhkan sebagai rektor ITS.
Pada tahun yang sama, dikukuhkan sebagai guru besar (profesor) bidang ilmu
Digital Control System dengan spesialisasi Sistem Rekayasa Biomedika.
Selain aktif sebagai dosen, direktur dan rektor, Nuh juga aktif di
organisasi sosial terutama keagamaan. Mulai dari pengurus lembaga pendidikan
Maarif NU Surabaya, pengurus NU wilayah Jawa Timur, ketua Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur, MUI, Wakil ketua Dewan Pakar ICMI Pusat,
Direktur Yayasan Dana sosial Al Falah Surabaya dan tentu sebagai ketua Yayasan
Pendidikan Al Islah yang berada di kampungnya.
Setelah purna sebagai rektor ITS tahun 2007, presiden SBY memberikan
kepercayaan untuk bergabung di Kabinet Indonesia Bersatu I sebagai menteri
Komunikasi dan Informatika (2007-2009), dan dilanjutkan sebagai menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-2014),
disamping itu juga menjadi Executive Board UNESCO.
Selain itu, Nuh telah menerima DR (HC) dari University Teknologi
Malaysia (UTM) dan Narashuan University (NU) Thailand dan beberapa penghargaan
lainnya. Pada tahun 2013, Nuh telah menerima bintang mahaputera Adipradana.
B.
Menejemen pemerintahan Muhammad Nuh
Selama dipercaya presiden Susilo Bambang Yudohyono Sebagai mentri
pendidikan pada perombakan kabinet Indonesia Bersatu jilid I menggantikan
mentri pendidikan sebelumnya yaitu Sofyan Djalil, Muhammad nuh dalam
kepemimpinannya telah melaksanakan berbagai gebrakan yang memberikan sumbangsih
bagi kemajuan dalam bidang pendidikan di Indonesia.
Terkait dengan perencanaan Muhammad Nuh di awal pemerintahannya
yang merencanakan program kerjanya tentang empat pilar yang direncanakan antara
lain masalah kondisi fisik sekolah, biaya pendidikan yang terjangkau, kualitas
pendidikan dan pilar ke empat yaitu pendidikan yang bisa menjamin siswa mampu
mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya.
Berbagai perencanaan-perencanaan yang telah dirancang Muhammad Nuh
pada awal beliau menjabat sebagai menteri pendidikan itu bukanlah sebuah
perencanaan yang hanya angan-angan belaka. Artinya perencanaannya jelas
maksudnya dan realistik sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada.
Dalam perencanaanya tak lepas dari berbagai pihak untuk
pengorganisasian agar program tersebut dapat terealisasi, seperti bekerjasama dengan pihak mentri pendidikan
yang sebelumnya, bekerjasama dengan mentri keuangan, sekolah, perguruan tinggi
dan juga masyarakat dalam rangka mensukseskan program kerjanya tersebut.
Adapun aktualisasi atau pelaksanaan program kerja yang telah
dicanangkan Muhammad Nuh selama periode jabatannya saat ini telah terlihat
jelas bahwa program kerja tersebut bukanlah sekedar program kerja yang
dituliskan di atas kertas. Misalnya saja terkait dengan biaya pendidikan yang
terjangkau. Beliau telah merealisakikan program pendidikan wajib sembilan tahun
bagi warga negara Indonesia. Bukan hanya itu, beasiswa pun telah ia
implementasikan dengan memberikan beasiswa bidikmisi misalnya. Program beasiswa
bidikmisi sangat membantu dalam rangka mengentaskan rantai kemiskinan. Beasiswa
tersebut diperuntukkan bagi siswa tidak mampu yang mempunyai kemauan keras
untuk dapat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dengan gratis, bahkan
diberikan biaya untuk hidup per-bulannya.
Selain itu rencana beliau dalam rangka mewujudkan pendidikan
generasi 2045 seperti dalam buku karangan Muhammad Nuh sendiri bahwa menurut
beliau mulai sekarang kita harus menumbuhkan kesadaran kolektif tentang
pentingnya pendidikan yang memperkuat kompetensi (pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap) dan yang menumbuhkan kecintaan dan kebanggan menjadi bangsa indonesia,
dimana yang kita bangun adalah pendidikan karakter yang mencakup pendidikan karakter yang menumbuhkan
kesadaran sebagai makhluk dan hamba Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan karakter
yang terkait dengan keilmuan dan pendidikan karakter yang menumbuhkan rasa
cinta dan bangga menjadi orang Indonesia.[1] Beliau
menerapkan semua itu dalam rancangan kurikulum 2013 yang bertujuan mencetak
kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yakni
sikap, pengetahuan dan ketrampilan sehingga yang dihasilkan adalah manusia yang
seutuhmya.[2]
Dalam
upaya controling terkait kerja yang sudah dilaksanakan, pada masa
pemerintahan Muhammad Nuh sebagai mentri pendidikn, banyak melakukan berbagai
evaluasi. Seperti halnya evaluasi pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang cukup
menuai kontroversi ini yang pelaksanaannya banyak terjadi kecurangan, yang
tadinyatahun 2012 ada 5 paket soal dijadikan 20 paket soal pada tahun 2013 demi
meningkatkan kualitas Ujuan Nasional yang jujur. Dengan demikian dapat selain
menguji kemampuan intelektual siswa juga dapat menguji kejujuran siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar