A.
Perkembangan
masa anak
1.
Perkembangan fisik
Dalam perkembangan ini mencakup aspek-aspek anatomis
dan fisiologis. Dalam perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan
kuantitatif pada struktur tulang-belulang indeks tinggi dan berat badan,
proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan secara menyeluruh.
Kemudian dalam perkembangan fisiologis ditandai
dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitatif, kualitatif dan fungsional
dari sistem-sistem kerja hayati seperti kontraksi otot, peredaran darah dan
pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan.[1]
a.
Tinggi dan berat
Selama
masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inchi dan berat dan
berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun,
tinggi anak sekitar 38 inchi dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun
tinggi anak mencapai 43,6 inchi dan beratnya 21,5 kg.
b.
Perkembangan otak
Otak
selama masa awal anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat
saraf yang berujung di dalam dn diantara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat
saraf itu terus bertimbuh setidak-tidaknya hingga masa remaja.
c.
Perkembangan motorik
Perkembangan
fisik pada masa anak-anak ditandai dengan berkembanganya ketrampilan motorik
baik kasar maupun halus.[2]
2.
Perkembangan kognitif
Perkembangan
kognitif adalah perkembangan kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan
karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik, maka dunia
kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif.
a.
Perkembangan kognitif menurut Piaget
Perkembangan
kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap pra-operasional yang
berlangsung dari usia dua hingga tujuh tahun. Pada tahap ini konsep yang stabil
dibentuk, penalaran mental muncul, egosentris mulai kuat dan kemudian mulai
melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.
b.
Perkembangan persepsi
Pada
masa perkembangan persepsi, seorang anak dapat melihat objek-objek yang jauh
dan hampir sempurna tetapi di sini mengalami kesukaran dalam memfokuskan
penglihatan pada objek-objek yang dekat.
c.
Perkembangan memori (daya ingat)
Komponen
pentingnya yaitu :
·
Memori jangka pendek
Individu
dapat menyimpan informasi selama 15 hingga 30 detik, dengan asumsi tidak ada
latihan dan pengulangan.
·
Memori jangka panjang
Menurut
studi yang dilakukan oleh Brown dan Scot terlihat bahwa anak usia empat tahun
mencapai ketepatan 75% dari waktunya dalam mengkognisi gambar-gambar yang telah
diperlihatkan satu minggu sebelumnya, dan anak-anak juga memiliki memori
rekognisi yang baik sekalipun telah mengalami penundaan untuk jangka waktu yang
lama.
d.
Perkembangan atensi
Menurut
Margaret W. Matlin, menggunakan istilah atensi untuk merujuk pada konsentrasi
terhadap suatu tugas mental, di mana individu mencoba untuk meniadakan stimulus
lain yang mengganggu. Pada masa ini kemampuan anak untuk memusatkan perhatian
berubah secara signifikan.
e.
Perkembangan metakognitif
Menurut
Margaret W. Matlin, metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang
pemikiran. Merupakan suatu proses menggugah rasa ingin tahu karena kita
menggunakan proses kognitif kita sendiri.
f.
Perkembangan bahasa
Perkembangan
bahasa berkembang sangat cepat, mereka telah mengalami sejumlah nama-nama dan
hubungan antara simbol-simbol dan dapat membedakan berbagai benda di sekitarnya
serta melihat hubungan fungsional antara benda-benda ini. Perkembangan bahasa
diklasifikasikan menjadi dua tahap :
·
Masa ketiga (2,0-2,6)
Anak
sudah mulai dapat menyusun kalimat tunggal yang sempurna, anak telah mampu
memahami perbandingan, anak banyak menanyakan nama dan tempat, dan anak telah
banyak menggunakan kata-kata berlawanan dan berakhiran.
·
Masa keempat (2,6-6,0)
Anak
telah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya. Tingkat
berpikir anak lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu-sebab akibat.
3.
Perkembangan emosi
Pada
masa perkembangan anak, pasti mengalami tahap pengaruh emosi. Suasana emosional
yang dialami dan diterima individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya
di kemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.[3]
4.
Perkembangan psikososial
Dalam
uraian berikut akan dibahas beberapa aspek penting perkembangan psikososial
yang terjadi pada masa anak-anak yaitu :
a.
Perkembangan permainan
Permainan merupakan gejala yang umum, baik di dunia
hewan maupun di kalangan masyarakat, seperti lingkungan anak-anak, pemuda, dan
orang dewasa. Anak-anak suka bermain karena di dalam diri mereka terdapat
dorongan batin dan dorongan mengembangkan diri.[4]
·
Fungsi permainan
Menurut
Hetherington dan Parke (1979), fungsi permainan ada tiga, yaitu :
1.
Fungsi kognitif
Permainan
membantu perkembangan kognitif anak. Melalui permainan memungkinkan anak-anak
mengembangkan kompetensi-kompetensi dengan cara menyenangkan.
2.
Fungsi sosial
Permainan
dapat mengembangkan sosial anak, khususnya dalam permainan fantasi dengan
memerankan suatu peran.
3.
Fungsi emosi permainan
Permainan
memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, belajar
mengatasi kegelisahan dan konflik batin.
·
Jenis-jenis permainan
Parten
menemukan enam jenis permainan anak-anak :
1.
Permainan unoccupied, anak memperlihatkan dan melihat segala
sesuatu yang menarik perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam
bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol.
2.
Permainan solitary, anak dalam sebuah kelompok asik bermain
sendiri-sendiri dengan bermacam-macam alat permainan sehingga tidak terjadi
kontak anatara satu sama lain dan tidak peduli apapun yang sedang terjadi.
3.
Permainan onlooker, anak melihat dan memperhatikan anak-anak
bermain.
4.
Permainan parallel, anak-anak bermain dengan alat-alat permainan
yang sama, tetapi tidak ada kontak antara sati dengan yang lain atau
tukar-menukar alat permainan.
5.
Permainan assosiative, anak bermain bersama-sama saling injam alat
permainan, tetapi permainan itu tidak mengarah pada satu tujuan, tidak ada
pembagian peranan dan pembagian alat-alat permainan.
6.
Permainan cooperative, anak-anak bermain dalam kelompok yang
terorganisir, dengan kegiatan-kegiatan konstruktif dan membuat sesuatu yang
nyata, dimana setiap anak mempunyai peranan sendiri-sendiri.
Sementara
itu, menurut pakar kognitif (Seifert dan Hoffnung) :
ü Permainan fungsional : permainan fungsional terjadi
selama periode sensorimotorik, yang ditunjukkan dengan gerakan yang
diulang-ulang.
ü Permainan konstruktif : permainan ini adalah suatu
bentuk permainan dengan menggunakan objek-objek fisik dengan membangun atau
membuat sesuatu.
ü Permainan dramatik : adalah suatu bentuk permainan
yang dilakukan secara berpura-pura yang dimulai ketika anak dapat
mensimbolisasi atau menghadirkan objek-objek secara mental.
ü Pemainan dengan aturan : permainan yang melibatkan
aturan-aturan tertentu dan seringkali berkompetisi dengan dua atau lebih.[5]
b.
Perkembangan hubungan dengan orang tua
Salah
satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak ialah gaya pengasuhan yang
diterapkan oleh orang tua. Ada tiga tipe pengasuhan yang dikaitkan dengan
aspek-aspek yang berbeda dalam tingkah laku sosial anak menurut Diana Baumrind
:
·
Pengasuhan otoritatif adalah salah satu gaya pengasuh yang memperlihatkan
pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga
bersikap responsif, menghargai, dan menghormati pemikiran, perasaan serta
mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan.
·
Pengasuhan otoriter adlah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan
menuntut anak untuk mengikuti perintah orang tua.
·
Pengasuhan permisif dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu yang
pertama, pengasuhan permissive-indulgent adalah suatu gaya pengasuhan di
mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit
batas atau kendali atas mereka. Ke dua yaitu pengasuhan permissive-indifferent
adalah suatu gaya pengasuahan di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam
kehidupan anak.[6]
c.
Perkembanga hubungan dengan teman sebaya
Hubungan
dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi
anak. Salah satu fungsi kelompok teman sebaya adalah menyediakan suatu sumber
informasi dan perbandiangan tentang dunia di luar keluarga.
d.
Perkembangan gender
Kebanyakan
anak sekurang-kurangnya mengalami tiga tahap perkembangan gender menurut
Shepherd-look :
ü Anak mengembangkan tentang identitas gender yaitu
rasa laki-laki atau perempuan.
ü Anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap
tentang jenis kelamin mana yang mereka kehendaki.
ü Mereka memperole ketetepan gender, suatu kepercayaan
bahwa jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis, permanen dan tidak
berubah-ubah.
Berikut
ini akan dijelaskan dua tren penting dari perkembangan gender :
1.
Permainan dan aktivitas di mana mereka menghubungkan gender dengan
mainan, pada saat yang sama mereka mengasosiasikan jenis pakaian.
2.
Kualitas personal, di sini diusulkan teori gender skema untuk menjelaskan
perkembangan pemahaman anak mengenai gender. Skema adalah suatu struktur
kognitif yakni suatu jaringan asosiasi yang mengorganisir dan memadu persepsi
individu. Skema gender adalah mengorganisir dunia dalam sudut pandang laki-laki
dan perempuan.[7]
e.
Perkembangan moral
Perkembangan
moral adalah perkembangan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Anak-anak ketika dilahirlkan tidak memiliki moral, tetapi dalam dirinya
terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Oleh karena itu, melalui
pengalamannya berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami tentang
perilaku yang buruk yang tidak boleh dikerjakan.[8]
[1] Juntika
Nurihsan dan Mubiar Agustin, Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hlm 25.
[2] Desmita, Psikologi
Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 128-129.
[3] Yudrik Jahja, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 185-189.
[4] Dzulkifli, Psikologi
Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2002), hlm 42.
[5] Desmita, Psikologi
Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 141-143.
[6] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan,
(Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 194.
[7] Desmita, Psikologi
Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 146-148.
[8] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan,
(Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 197-198.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar