Senin, 28 Desember 2015

Perkembangan Masa Anak-Anak Awal



A.    Perkembangan masa anak
1.      Perkembangan fisik
Dalam perkembangan ini mencakup aspek-aspek anatomis dan fisiologis. Dalam perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang-belulang indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan secara menyeluruh.

Kemudian dalam perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitatif, kualitatif dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti kontraksi otot, peredaran darah dan pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan.[1]
a.       Tinggi dan berat
Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inchi dan berat dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inchi dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun tinggi anak mencapai 43,6 inchi dan beratnya 21,5 kg.
b.      Perkembangan otak
Otak selama masa awal anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dn diantara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf itu terus bertimbuh setidak-tidaknya hingga masa remaja.
c.       Perkembangan motorik
Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan berkembanganya ketrampilan motorik baik kasar maupun halus.[2]
2.      Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif.
a.       Perkembangan kognitif menurut Piaget
Perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap pra-operasional yang berlangsung dari usia dua hingga tujuh tahun. Pada tahap ini konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentris mulai kuat dan kemudian mulai melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.
b.      Perkembangan persepsi
Pada masa perkembangan persepsi, seorang anak dapat melihat objek-objek yang jauh dan hampir sempurna tetapi di sini mengalami kesukaran dalam memfokuskan penglihatan pada objek-objek yang dekat.
c.       Perkembangan memori (daya ingat)
Komponen pentingnya yaitu :
·         Memori jangka pendek
Individu dapat menyimpan informasi selama 15 hingga 30 detik, dengan asumsi tidak ada latihan dan pengulangan.
·         Memori jangka panjang
Menurut studi yang dilakukan oleh Brown dan Scot terlihat bahwa anak usia empat tahun mencapai ketepatan 75% dari waktunya dalam mengkognisi gambar-gambar yang telah diperlihatkan satu minggu sebelumnya, dan anak-anak juga memiliki memori rekognisi yang baik sekalipun telah mengalami penundaan untuk jangka waktu yang lama.
d.      Perkembangan atensi
Menurut Margaret W. Matlin, menggunakan istilah atensi untuk merujuk pada konsentrasi terhadap suatu tugas mental, di mana individu mencoba untuk meniadakan stimulus lain yang mengganggu. Pada masa ini kemampuan anak untuk memusatkan perhatian berubah secara signifikan.
e.       Perkembangan metakognitif
Menurut Margaret W. Matlin, metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang pemikiran. Merupakan suatu proses menggugah rasa ingin tahu karena kita menggunakan proses kognitif kita sendiri.
f.       Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa berkembang sangat cepat, mereka telah mengalami sejumlah nama-nama dan hubungan antara simbol-simbol dan dapat membedakan berbagai benda di sekitarnya serta melihat hubungan fungsional antara benda-benda ini. Perkembangan bahasa diklasifikasikan menjadi dua tahap :
·         Masa ketiga (2,0-2,6)
Anak sudah mulai dapat menyusun kalimat tunggal yang sempurna, anak telah mampu memahami perbandingan, anak banyak menanyakan nama dan tempat, dan anak telah banyak menggunakan kata-kata berlawanan dan berakhiran.
·         Masa keempat (2,6-6,0)
Anak telah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya. Tingkat berpikir anak lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu-sebab akibat.
3.      Perkembangan emosi
Pada masa perkembangan anak, pasti mengalami tahap pengaruh emosi. Suasana emosional yang dialami dan diterima individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.[3]
4.      Perkembangan psikososial
Dalam uraian berikut akan dibahas beberapa aspek penting perkembangan psikososial yang terjadi pada masa anak-anak yaitu :
a.       Perkembangan permainan
Permainan merupakan gejala yang umum, baik di dunia hewan maupun di kalangan masyarakat, seperti lingkungan anak-anak, pemuda, dan orang dewasa. Anak-anak suka bermain karena di dalam diri mereka terdapat dorongan batin dan dorongan mengembangkan diri.[4]
·         Fungsi permainan
Menurut Hetherington dan Parke (1979), fungsi permainan ada tiga, yaitu :
1.      Fungsi kognitif
Permainan membantu perkembangan kognitif anak. Melalui permainan memungkinkan anak-anak mengembangkan kompetensi-kompetensi dengan cara menyenangkan.
2.      Fungsi sosial
Permainan dapat mengembangkan sosial anak, khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran.
3.      Fungsi emosi permainan
Permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin.
·         Jenis-jenis permainan
Parten menemukan enam jenis permainan anak-anak :
1.      Permainan unoccupied, anak memperlihatkan dan melihat segala sesuatu yang menarik perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol.
2.      Permainan solitary, anak dalam sebuah kelompok asik bermain sendiri-sendiri dengan bermacam-macam alat permainan sehingga tidak terjadi kontak anatara satu sama lain dan tidak peduli apapun yang sedang terjadi.
3.      Permainan onlooker, anak melihat dan memperhatikan anak-anak bermain.
4.      Permainan parallel, anak-anak bermain dengan alat-alat permainan yang sama, tetapi tidak ada kontak antara sati dengan yang lain atau tukar-menukar alat permainan.
5.      Permainan assosiative, anak bermain bersama-sama saling injam alat permainan, tetapi permainan itu tidak mengarah pada satu tujuan, tidak ada pembagian peranan dan pembagian alat-alat permainan.
6.      Permainan cooperative, anak-anak bermain dalam kelompok yang terorganisir, dengan kegiatan-kegiatan konstruktif dan membuat sesuatu yang nyata, dimana setiap anak mempunyai peranan sendiri-sendiri.
Sementara itu, menurut pakar kognitif (Seifert dan Hoffnung) :
ü  Permainan fungsional : permainan fungsional terjadi selama periode sensorimotorik, yang ditunjukkan dengan gerakan yang diulang-ulang.
ü  Permainan konstruktif : permainan ini adalah suatu bentuk permainan dengan menggunakan objek-objek fisik dengan membangun atau membuat sesuatu.
ü  Permainan dramatik : adalah suatu bentuk permainan yang dilakukan secara berpura-pura yang dimulai ketika anak dapat mensimbolisasi atau menghadirkan objek-objek secara mental.
ü  Pemainan dengan aturan : permainan yang melibatkan aturan-aturan tertentu dan seringkali berkompetisi dengan dua atau lebih.[5]
b.      Perkembangan hubungan dengan orang tua
Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak ialah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Ada tiga tipe pengasuhan yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam tingkah laku sosial anak menurut Diana Baumrind :
·         Pengasuhan otoritatif adalah salah satu gaya pengasuh yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersikap responsif, menghargai, dan menghormati pemikiran, perasaan serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan.
·         Pengasuhan otoriter adlah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah orang tua.
·         Pengasuhan permisif dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu yang pertama, pengasuhan permissive-indulgent adalah suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali atas mereka. Ke dua yaitu pengasuhan permissive-indifferent adalah suatu gaya pengasuahan di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.[6]
c.       Perkembanga hubungan dengan teman sebaya
Hubungan dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu fungsi kelompok teman sebaya adalah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandiangan tentang dunia di luar keluarga.
d.      Perkembangan gender
Kebanyakan anak sekurang-kurangnya mengalami tiga tahap perkembangan gender menurut Shepherd-look :
ü  Anak mengembangkan tentang identitas gender yaitu rasa laki-laki atau perempuan.
ü  Anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang mereka kehendaki.
ü  Mereka memperole ketetepan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis, permanen dan tidak berubah-ubah.
Berikut ini akan dijelaskan dua tren penting dari perkembangan gender :
1.      Permainan dan aktivitas di mana mereka menghubungkan gender dengan mainan, pada saat yang sama mereka mengasosiasikan jenis pakaian.
2.      Kualitas personal, di sini diusulkan teori gender skema untuk menjelaskan perkembangan pemahaman anak mengenai gender. Skema adalah suatu struktur kognitif yakni suatu jaringan asosiasi yang mengorganisir dan memadu persepsi individu. Skema gender adalah mengorganisir dunia dalam sudut pandang laki-laki dan perempuan.[7]
e.       Perkembangan moral
Perkembangan moral adalah perkembangan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirlkan tidak memiliki moral, tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Oleh karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami tentang perilaku yang buruk yang tidak boleh dikerjakan.[8]





[1] Juntika Nurihsan dan Mubiar Agustin, Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hlm 25.
[2] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 128-129.
[3] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 185-189.
[4] Dzulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2002), hlm 42.
[5] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 141-143.
[6]  Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 194.
[7] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 146-148.
[8]  Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 197-198.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar