Sabtu, 21 November 2015

Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling



A.    Kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
Untuk mendukung kelancaran lyanan bimbingan konseling seperti yang dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, maka perlu dilaksanakan kegiatan pendukung.
Kegiatan pendukung ini pada umumnya tidak ditujukan secara langsung untuk memecahkan atau
mengentaskan masalah klien, melainkan untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap peserta didik atau klien. Kegiatan pendukung pada umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan sasaran layanan.[1]
1.      Aplikasi instrumensi
Aplikasi instrumensi yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non tes. Hasil pengumpulan data, digunakan secara optimal untuk kepentiangan peserta didik. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan penunjang aplikasi instrumensi ialah fungsi pemahaman.[2]
Materi umum kegiatan instrumensi bimbingan dan Konseling meliputi :
·         Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertawa terhadap tuhan yang   maha esa
·         Kondisi mental dan fisik siswa, pengenalan terhadap diri sendiri
·         Kemampuan pengenalan lingkungan dan hubungan sosial
·         Tujuan, sikap, kebiasaan, keterampilan, dan kemampuan beljar
·         Informasi karier dan pendidikan
·         Kondisi keluarga dan lingkungan.[3]
Materi Aplikasi intrumentasi dalam bidang-bidang bimbingan:
a.       Aplikasi intrumentasi dalam bimbingan pribadi meliput kegiatan pengungkapan dan pengumpulan data dan keterangan berkenaan dengan karakteristik dan kondisi pribadi siswa.
1)      Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2)      Pengenalan dan penerimaan perubahan, pertumbuhandan pengembanga fisik dan psikis jiwa.
3)      Pengenalan tentang kekuatan diri seperti tingkat kecerdasan, bakat dan minat serta penyaluran dan pengembangannya.
4)      Pengenalan tentang kelemahan diri dan upaya penanggulangannya.
5)      Kemampuan menganbil keputusan dan pengarahan diri.
6)      Perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat.
b.      Aplikasi intrumentasi dalam bimbingan sosial meliputi kegiatan pengungkapan dan pengumpulan dat dan keterangan berkenan dengan karakteristik dan kondisi hubungan sosial siswa.
1)      Kemampuan berkomunikasi, serta menerima dan menyampaikan pendapat secara logis, efektif dan produktif.
2)      Kemampuan bertingkah laku hubungan sosial dengan menjunjung tinggi tata krama, norma dan nilai-nilai agama, adat-istiadat, dan kebiasaan yang berlaku.
3)      Hubungan dengan teman sebaya di rumah, di sekolah dan masyarakat.
4)      Pemahaman peaksanaan disiplin dan peraturan sekolah.
5)      Pengenalan dan pengalaman pola hidup yang sederhana.
c.       Aplikasi intrumentasi dalam bimbingan belajar meliputi kegiatan pengungkapan dan pengumpulan data dan keterangan berkenan dengan kemampuan dan kegiatan belajar siswa.
1)      Tujuan belajar dan latihan
2)      Sikap dan kebiasaan belajar
3)      Kemampuan ketrampilan teknis belajar
4)      Kegiatan dan disiplin belajar serta berlatih secara efektif, efisien dan produktif.
5)      Penguasaan materi pelajaran dan latihan atau ketrampilan.
6)      Pengenalan dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di sekolah dan lingkungan sekitar.
7)      Orientasi belajar di sekolah.
d.      Aplikasi intrumentasi dalam bimbingan karier meliputi kegiatan pengungkapan dan pengumpulan data dan keterangan berkenaan dengan pilihan karier siswa.
1)      Pilihan dan latihan ketrampilan.
2)      Orientasi dan informasi pekerjaan, dunia kerja dan upaya emperoleh penghasilan.
3)      Orientasi dan informasi lembaga-lembaga ketrampilan sesuai dengan pilihan pekerjaan dan arah pengembangan karir.
4)      Pilihan orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan arah pengembangan karir.

2.    Himpunan data
Himpunan data yaitu usaha-usaha untuk memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis dan menafsirkan serta menghimpunnya.[4] Himpunan data dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan  pengembangan peserta didik yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia. Di mana fungsi utama himpunan data ialah fungsi pemahaman.[5]
Materi umum himpunan data melipuiti pokok-pokok data keterangan tentang berbagai hal sebagai mana menjadi isi dari aplikasi intrumentasi tersebut juga memuat berbagai karya tulis atau rekaman kemmpuan siswa, catatan anekdot, laporan khusus dan informasi pendidikan dan jabatan.[6]
Materi himpunan data dalam bidang-bidang bimbingan :
a.       Himpunan data dalam bimbingan pribadi meliputi data atau keterangan yang perlu dihimpun ialah berbagai hal yang menyangkut karakteristik dan kondisi pribadi siswa dan perkembangan pribadi siswa.
b.      Himpunan data dalam bimbingan sosial meliputi data atau keterangan yang perlu dihimpun ialah tentang berbagai hal yang menyangkut karakteristik, kondisi dan perkembangan sosial siswa serta berbagai aspek penunjangnya.
c.       Himpunan data dalam bimbingan belajar meliputi data atau keterangan tentang berbagai hal yang mencakup karakteristik, kondisi dan perkembangan belajar siswa.
d.      Himpunan data dalam bimbingan karir meliputi data atau keterangan yang perlu dihimpun ialah menyangkut karakteristik, kondisi dan perkembangan pilihan jabatan dan karir siswa serta bahan-bahan yang menunjang.

Keseluruhan data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan menjadi :
·         Data pribadi : menyangkut diri masing-masing siswa secara perorangan, yang dilakukan setiap siswa, bersifat berkelanjutan.
·         Data kelompok : menyangkut aspek dari sekelompok siswa.
·         Data umum : data yang tidak menyangkut diri siswa baik secara pribadi maupun perseorangan.

Jenis data yang perludikumpulkan antara lain :
a.       Data pribadi ialah tentang pribadi siswa
b.      Data lingkungan, yaitu data tentang lingkungan yang sangat penting dan berguna dalam rangka pemberian informasi kepada siswa, dalam rangka penyesuaian diri.

Adapun sumber-sumber data yang dapat dimintai keterangan tetang pribadi siswa dan lingkungan antara lain :
v  Siswa, adalah pusat data mengenai dirinya baik data kekuatan maupun kelemahannya.
v  Orang tua, wali kelas, konselor sekolah, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait dengan masalah siswa
v  Orang yang terdekat dengan siswa
v  Orang-orang yang berhubungan dengan siswa.
v  Orang-orang atau lembaga yang berada di luar lingkaran penddikan dan rumah tangga tetapi dapat memberikan keteranga siswa.

Teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut :
a.       Tes, penggolongan tesatas aspek psikis yng diukur dibedakan menjadi:
1)      Tes intelegensi, adalah suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkap taraf kemampuan dasar seseorang, dalam kemampuan berpikir, bertindak dan menyesuaikan diri secara efektif.
2)      Tes bakat, suatu teknik atau alat untuk mengetahui kecakapan, pengetahuan, ketrampilan dalam bidang tertentu.
3)      Tes kepribadian, untuk mengetahui sistem-sistem psikologis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian-penyesuaian yang unik dengan lingkungan.
4)      Tes prestasi belajar, adalah suatu alat tes yang disusun untuk mengukur hasil-hasil pengajaran, kemajuan yang telah dicapai selama pelajaran dalam kurun waktu tertentu.

b.      Non-tes
1)      Observasi, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengatasi dan mencatat secara sistematik gejala-gejala tingkah laku yang tampak.
2)      Angket, suatu daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengumpulkan data diharapkan dapat memberikan tenggapan secara tertulis.
3)      Wawancara, suatu teknik dengan mengadakan tanya jawab secara lisan antara orang yang mewawancara dengan yang diwawancara.
4)      Sosiometri, suatu teknik untuk mengungkapkan hubungan sosial antara anggota di dalam suatu kelompok.
5)      Riwayat hidup, ungkapan kehidupan siswa dalam keluarga, sekolah maupun di luar sekolah.
6)      Studi kasus, metode yang komprehensif untuk mengungkap data individu.
7)      Penyimpanan data, yiatu data tentang siswa yang dikumpulkan harus dihimpun secara sistematis, diklasifikasikan jenisnya, kemudian disimpan menurut sistem tertentu.[7]

3.      Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh pembimbing atau konselor guna membahas suatu permasalahan dan arah permasalahannya.[8] Dalam arti lain,  yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihdiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.[9] Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan masalah klien.[10] Fungsi utama yang diemban oleh penyelenggaraan konferensi kasus ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.[11]
Sesuai dengan sifatnya, pertemuan konferensi kasus bukan pertemuan formal, tetapi penyelenggaraan tidak terikat pada jumlah peserta tertentu, waktu tertentuserta keharusan membuat surat keputusan, melainkan konferensi kasus adalah sebuah pertemuan terbuka.[12]
Materi konferensi kasus dalam bidang bimbingan adalah membicarakan segenap aspek permasalahan baik menyangkut aspek aspek pribadi dan penegmbanganya, aspek aspek hubungan sosial , aspek aspek pembelajran dan aspek aspek pilihan serta pengembangan karier. ,eskipun demikian tidak setiap konferensi kasus dikaji kesemua bidang bimbingan. Penyelenggaran konferensi kasus dilakukan hanya untuk penangana suatu masalah siswa yang diperlukan tambahan masukan dari berbagai pihak tertentu yang diyakini dapat membantu penanganan masalah siswa seperti orang tua muruid, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan pihak pihak lain yang bersangkutan.[13]

4.      Kunjuangan rumah
Kunjungan rumah yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya. Tujuan kunjungan rumah dalam bimbingan dan konseling mempuanyai tujuan pertama untuk memperoleh berbagai keterangan data yang dilakukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kunjungan rumah yaitu fungsi pemahaman dan pengentasan.
Materi kunjungan rumah :
a.       Kondisi rumah tangga dan orang tua
b.      Fasilitas belajar yang ada di rumah
c.       Hubungan antara anggota
d.      Sikap dan kebiasaan siswa di rumah
e.       Berbagai pendapat orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan anak dan pengentasan masalah siswa.
f.       Komitmen orang tua dan keluarga lainnya dalam perkembangan siswa dan pengentasan masalah siswa.

Adapun hal-hal yang oencakup persiapan pembimbing :
·         Pembicaraan dengan siswa yang bersangkutan tentang rencana kunjungan rumah.
·         Rencana yang matang, mencakup waktu kunjungan, hal yang akan dibicarakan, hal yang akan diobservasi komitmen yang akan dimintakan kepada orang tua.
·         Peberitahuan kepada orang tua yang akan dikunjungi.[14]

5.      Tampilan kepustakaan
Tampilan kepustakaan yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir atau jabatan.
Kegiatan pendukung tampilan kepustakaan membantu klien dalam memperkaya dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami dan dibahas bersama konselor pada khususnya, dan dalam pengembangan diri pada umumnya. Pemanfaatan tampilan kepustakaan diarahkan oleh konselor dalam rangka pelaksanaan pelayanaan dan atau klien secara mandiri mengunjungi perpustakaan untuk mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-bahan yang ada di perpustakaan sesuai dengan keperlua. Tampilan kepustakaan merupakan kondisi sangat memungkinkan klien memperkuat dan memperkaya diri dengan atau tanpa bantuan konselor.[15]

6.      Alih tangan kasus
Alih tangan kasus yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya. Di mana alih tangan kasus merupakan kegiatan untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntasatas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti guru mata pelajaran atau konselor, dokter setra ahli lainnyadengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penangananyang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kometen. Fungsi kegiatan ini adalah pengentasan.[16]
Materi alih tangan kasus pada pokok kasus yang dialih tangankan adalah keseluruhan kasus yang dialih tangankan. Secara khusus, materi alih tangan ialah bagian permasalahan yang belum tuntas ditangani konselor sekolah dan materi itu di luar bidang keahlian ataupun kewenangan konselor sekolah.
Penyelenggaraan alih tangan kasus hanya dilakukan apabila konselor sekolah menjumpai kenyataan bahwa sebagian atau keseluruhan inti permasalahan siswa berada di luar kemempuan atau kewenangan konselor sekolah.[17]

B.     Urgensi mempelajari kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
Setelah mempelajari bab ini, kita sebagai calon seorang guru mata pelajaran diharapkan:
1.      Memahami berbagai jenis kegiatan pendukung pada pelayanan bimbingan dan konseling terhadap klien atau peserta didik.
2.      Bijak dalam mengambil keputusan guna membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik, baik permasalahan tentang dirinya, dengan lingkungan maupun permasalahan belajarnya.
3.      Dapat membantu dan mendukung program layanan bimbingan dan konseling di sekolah agar berjalan dengan efektif, efisien serta tujuannya dapat tercapai secara efektif dan efisien pula.


[1] Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 89.
[2] Heru Mugiarso, dkk, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: UPT UNNES Press, 2004), hlm. 72.
[3]  Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 90.
[4] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 218.
[5] Heru Mugiarso, dkk, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: UPT UNNES Press, 2004), hlm. 73.

[6]  Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 91.
[7] Heru Mugiarso, dkk, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: UPT UNNES Press, 2004), hlm. 74-86.
[8] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 236.
[9] Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 91.
[10] Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 91.
[11] Heru Mugiarso, dkk, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: UPT UNNES Press, 2004), hlm. 87.
[12] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 237
[13] Heru Mugiarso, dkk, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: UPT UNNES Press, 2004), hlm. 73
[14] Heru Mugiarso, dkk, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: UPT UNNES Press, 2004), hlm. 88.

[15] Prayitno, Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling, (Padang: PPK BK FIP UNP, 2012), hlm. 369.
[16] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2006), hlm. 74.
[17] Heru Mugiarso, dkk, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: UPT UNNES Press, 2004), hlm. 89.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar