A.
Q.S. Al- Luqman ayat 13-15
وَاِذْقَالَ
لُقْمَانُ لِاَبْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللّهِ اِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
اُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ(14) وَاِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى اَنْ تُشْرِكَ
بِي ما لَيْسَ لكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا
مَعْرُوْفًا وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ
فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَاكُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ (15)[1]
Dan
ketika Luqman berkata kepada anaknya pada saat dia memberi pelajaran kepadanya,
“Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan
itu benar-benar merupakan kedzaliman yang benar.” (13) Dan kami perintahkan
kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya Akulah
tempat kembali. (14) Dan jika keduanya
memaksa mu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak kamu ketahui,
maka janganlah kamu menaati keduanya, namun bergaullah dengan keduanya di dunia
dengan baik. Ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian kepada
Akulah tempat kamu kembali, lalu aku beritahukan kepadamu apa yang dahulu kamu
kerjakan. (15)[2]
C.
Makna mufrodat[3]
No
|
Makna
|
Mufrodat
|
1
|
Ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia
menasehatinya “Hai anakku”.
|
اِذْقَالَ لُقْمَانُ لِاَبْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ
|
2
|
Janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan.
|
لا تُشْرِكْ بِاللّهِ اِنَّ الشِّرْكَ
|
3
|
Adalah benar-benar kedzaliman
besar.
|
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
|
4
|
Dan kami wasiatkan kepada manusia
terhadap kedua orang ibu bapaknya.
|
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ
|
5
|
Ibunya telah mengandungnya.
|
حَمَلَتْهُ اُمُّهُ
|
6
|
Dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah.
|
وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ
|
7
|
Dan menyapihnya.
|
وَفِصَالُهُ
|
8
|
Dalam dua tahun hendaknya
|
فِي عَامَيْنِ اَنِ
|
9
|
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu.
|
اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
|
10
|
Dan jika keduanya memaksa mu untuk
mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu.
|
وَاِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى اَنْ تُشْرِكَ بِي ما لَيْسَ لكَ بِهِ
عِلْمٌ
|
11
|
Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya.
|
فَلَا تُطِعْهُمَا
|
12
|
Dan pergaulilah keduanya dengan
cara yang ma’ruf.
|
وصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا
|
13
|
Dan ikutilah jalan.
|
وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ
|
14
|
Orang yang kembali.
|
مَنْ اَنَابَ
|
15
|
Kepada Ku.
|
اِلَيَّ
|
16
|
Kemudian hanya kepada-Kulah
kembali kalian, maka Ku beritahukan kepada kalian apa yang kalian kerjakan.
|
ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَاكُنْتُمْ
تَعْمَلُوْنَ
|
D.
Tafsir
1.
Tafsir
Q.S Luqman ayat ke 13
Kata ) ( يعظه ya’izhuhu terambil
dari kata (وعظ) wa’zh yaitu
nasihat menyangkut berbagai kebajiakan dengan cara yang menyentuh hati. Ada
juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman.
Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberi gambaran
tentang bagaimana perkataan itunbeliu sampaikan, yakni tidak membentak, yakni
penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesrahnya kepada anak.
Kata ini juga mengisyaratkan bahwa nasehat itu dilakukanya dari saat ke saat,
sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan datang pada kata ) ( يعظه ya’izhuhu.
Sementara ulama yang memahami kata ( وعظ ) wa’zh dalam arti ucapan yang mengandung
peringatan dan ancaman, berpendapat bahwa kata tersebut mengisyaratkan bahwa
anak Luqman itu adalah seorang musyrik, sehingga sang ayah yang
menyandang hikmah itu terus menerus menasehatinya sampai akhirnya sang anak
mengakui Tauhid. Dikemukakan oleh Thahir Ibn Asyur ini sekedar dugaan yang
tidak meniliki dasar yang kuat. Nasihat dan ancaman tidak harus dikaitkan
dengan kemusyrikan. Disisi lain, bersangka baik terhadap anak Luqman jauh lebih
baik daripada bersangka buruk.
Kata ( نبنيّ )
bunnayya adalah patron
yang menggambarkan kemungilan asalnya adalah ( ابني
) ibny dari kata ( ابن
) ibn yakni anak laki-laki. Pemungilan tersebut
mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas
memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang
terhadap anak didiknya.[4]
2.
Tafsir
QS. Luqman ayat ke 14
Ayat di atas dan ayat berikut dinulai oleh banyak ulama bukan
bagian dari pengajaran Luqman kepada anaknya. Ia disisipkan Al-Qur’an untuk
menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orang tua menempati
tempat ke dua setelah pengagungan kepada Allah swt.
Kata (وَهْنًا ) wahnan
berarti kelemahan atau kerapuhan. Yang dimaksud di sini kurangnya kemampuan
memilul beban kehamilan, penyusuan dan pemeliharaan anak. Patron yang digunakan
ayat ini mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan
bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan
kelemahan telah menyatu pada dirinya dan dipikulnya.
Firman-Nya : (وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ ) wafishalahu fi
amain yang artinya dan penyapaianya di dalam dua tahun, yang mengisyaratkan
betapa penyusuan anak sangat penting dilakukan oleh ibu kandung. Tujuan
penyususan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup anak, tatapi
juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuhkembangkan anak dalam kondisi fisik dan
psikis yang prima. Kata fi (di dalam), mengisyaratkan bahwa masa itu
tidak mutlak demikian. Di sisi lain Q.S Al-Baqarah ayat 233 ditegaskan bahwa
masa dua tahun adalah bagi siapa yang hendak menyempurnakan penyusuan.[5]
3.
Tafsir
QS. Luqman ayat ke 15
Kata (جَاهَدَاكَ ) jahadaka terambil
dari kata ( جهد ) juhd yakni kemampuan. Patron kata yang digunakan ayat
ini menggambarkan adanya upaya sungguh-sungguh. Kalau upaya sungguh-sungguh pun
dilarangnya, yang dalam ini bisa dalam bentuk ancaman, maka tentu lebih-lebih
lagi bila sekedar himbauan atau peringatan.
Yang dimaksud dengan (ما لَيْسَ لكَ بِهِ
عِلْمٌ ) ma laisa laka bihi ‘ilm yang artinyatidak mungkin ada
pengetahuan tentang itu, adalah tidak ada pengetahuan tentang kemungkinan
terjadinya. Tiadanya pengetahuan berarti tidak adanya obyekn yang dikethui. Ini
berarti tidak wujudnya sesutu yang dapat dipersekutukan dengan Allah swt. Di
sisi lain, kalau sesuatu tidak diketahui duduk soalnya boleh atau tidaktelah
dilarang, maka tentu lebih terlarang lagi apabila telah terbukti adanya
larangan atasnya. Bukti-bukti keesaan Allah dan tiada sekutu baginya terlalu
banyak, sehingga penggalan ayat ini merupakan pengesaan tentang larangan
mengikuti siapapun walau kedua orang tua dan walau dengan memaksa anaknya
mempersekutukan Allah.
Kata (مَعْرُوْفًا ) ma’rufan
mencakup segala hal yang dinilai oleh masyarakat baik selama tidak bertentangan
dengan akidah Islamiah. Dalam konteks ini diriwayatkan bahwa Asma’ putri
sayyidina Abu Bakr r.a. bertanya kepada Nabi bagaimana seharusnya ia bersikap.
Maka Rasulullah saw. memerintahkannya untuk tetap menjalin hubungan bai,
menerima dan memberinya hadiah serta mengunjungi dan menyambut kunjungannya.
Kewajiban menghormati dan menjalin hubungan baik dengan ibu bapak,
menjadikan sementara ulama berpendapat bahwa seorang anak boleh saja membelikan
buat ibu bapaknya yang kafir dan fakir minuman keras kalau mereka telah
terbiasa meminumnya, karena minuman itu buat orang kafir bukanlah sesuatu yang
munkar.[6]
E.
Aspek tarbawi
Islam sangat memperhatikan pendidikan
anak, sehingga diceritakan kisah lukman dan anaknya. Dari Q.S. Al-Luqman ayat 13-14 ada beberapa aspek yang dapat kita
pelajari antara lain :
1.
Menanamkan keimanan kepada anak
sejak dini untuk selalu iman kepada Allah, dan melarang untuk menyekutukan-Nya.
2.
Nasehat
Luqman kepada anaknya mengisyaratkan bahwa memdidik hendaknya senantiasa
menasehati peserta didik kita untuk melakukan kebaikan yang diperintahkan oleh
Allah swt dan meninggalkan larangan-Nya.
3.
Panggilan
Luqman kepada anaknya dengan “anakku sayang” mengisyaratkan bahwa mendidik
hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik.
4.
Meninggalkan
yang buruk, yang puncaknya adalah syirik, lebih utama daripada mengamalkan yang
baik.
5.
Pentingnya
air susu ibu (ASI) bagi anak, maka penyususan yang sempurna adalah dua tahun
sejak kelahiran anak.
6.
Salah
satu hikmah yang tersebar adalah syukur, yakni memfungsikan anugerah yang
diterima sesuai dengan tujuan penganugerahannya.
7.
Tidak
dibenarkan mematuhi siapapun, walau ibu bapak, dalam hal-hal yang bertentangan
dengan ajaran agama.
8.
Wajib
menghormati kedua orang tua kendati mereka non-muslim.
[1] Muhammad Nasib
ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir, Jil.3, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm.
789.
[2] Ibid.,
hlm. 289.
[3] Imam
Jalaluddin Al-Mahali & Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Jil.2,
(Sinar Baru Al-Gendindo), hlm. 475-476.
[4] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006), hlm.
126.
[5] Ibid.,
hlm. 130.
[6] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006), hlm.
132.
Silahkan dibaca...
BalasHapusbagus, makasih
BalasHapusMakasih, info Yang sangat bermanfaat
BalasHapusinfo yg berguna banget ,,,
BalasHapussama-sama, selamat belajar :)
BalasHapusbagus,dan berguna banget
BalasHapusterimkasih
BalasHapus